Jumat, 20 April 2012

Stres.....


1.1. Pengertian
            Menurut kamus besar bahasa Indonesia, stres adalah gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang disebabkan oleh faktor luar. Sedangkan menurut beberapa para ahli:
  • Budi Tri Akoso, stres adalah cara tubuh kita bereaksi terhadap ketegangan, kegelisahan dan tugas-tufas berat yang harus dihadapi sehari-hari.
  •  Hartono, stres adalah reaksi non spesifik manusia terhadap rangsangan atau tekanan (stimulus stressor).
  • Dadang Hawari, stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap stresor psikososial ( tekanan mental atau beban kehidupan).
  • Vincent Cornelli, stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan.
  • Soeharto Heerdjan, stres adalah kekuatan yang mendesak yang menimbulkan ketegangan dalam diri seseorang.
  • Maramis, stres adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri dan karena itu sesuatu yang mengganggu keseimbangan kita.
Jadi stres adalah ketidakmampuan untuk mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik,emosional, dan spiritual manusia yang pada suatu waktu dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut atau bisa dikatakan persepsi kita terhadap situasi didalam lingkungan kita sendiri.

1.2. Penyebab Stres

Penyebab stres merupakan  stimulus yang merangsang terjadinya respon stres. Berikut beberapa penyebab stres, yaitu:
  • Stres fisik, yang disebabkan oleh suhu atau tempratur yang terlalu tinggi atau rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang atau tersengat arus listrik.
  • Stres kimiawi, yang disebabkan oleh asam-basa yang kuat, obat-obatan, zat beracun, hormon atau gas.
  • Stres mikrobiologik, yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang menimbulkan penyakit.
  • Stres fisiologik, yang disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan atau organ yang menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.
  • Stres proses pertumbuhan dan perkembangan, yang disebabkan oleh gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga tua.
  • Stres psikis atau emosional, yang disebabkan oleh gangguan hubungan interpersonal, sosial, budaya atau keagamaan.

1.3. Gejala dan Akibat Stres

Maksud dari gejala dan akibat stres ini adalah gejala dan akibat yang negatif karena sering mengganggu kehidupan manusia. Seorang ahli bernama Cox, telah mengkategorikan akibat stres menjadi 5, yaitu:
  • Akibat subjektif, adalah akibat yang dirasakan seseorang secara pribadi, seperti kegelisahan, kelesuan, kebosanan, depresi, kelelahan, kekecewaan, kehilangan kesabaran, harga diri rendah dan perasaan terpencil.
  • Akibat perilaku, merupakan akibat yang sangat mudah untuk dilihat, seperti mudah terkena kecelakaan, penyalahgunaan obat, peledakan emosi, perilaku yang impulsif dan tertawa gelisah
  • Akibat kognitif, merupakan akibat yang mempengaruhi proses berpikir, seperti kurang dapat berkonsentrasi, tidak mampu mengambil keputusan yang sehat, tidak dapat memusatkan perhatian dalam jangka waktu yang cukup lama, peka terhadap kecaman.
  • Akibat fisiologis, adalah akibat yang berhubungan fungsi atau alat-alat tubuh, seperti tekanan darah naik, gula darah meningkat, mulut menjadi kering, berkeringat, pupil mata membesar, dan sebentar-sebentar panas-dingin.
  • Akibat keorganisasian, adalah dampak yang muncul dalam tempat kerja, seperti absen, produktivitas menurun, mengasingkan diri dari teman sekerja, ketidak puasan kerja, dan menurunnya keterikatan serta loyalitas terhaap organisasi.

1.4. Sindrom Adaptasi Umum (General Adaptation Syndrom)

Teori Sindrom Adaptasi umum dikenalkan pertama kali oleh Selye. Walau teori ini bersifat umum, tapi membantu untuk memahami reaksi seseorang atau individu terhadap stres. Ia berpendapat bahwa tubuh setiap individu bereaksi secara sama saat menghadapi stres, serta tidak peduli apapun stresornya.
Pendapat keduanya adalah bahwa stres berlangsung dalam jangka waktu yang lama hingga reaksi pertahanan fisiologis berlangsung lama serta mengalami peningkatan yang akhirnya mengakibatkan terjadinya penyakit adaptasi ( gangguan akibat adaptasi yang dilakukan terhadap stres yang berkepanjangan).
Pendapat ketiganya adalah bahwa tubuh kita memiliki tingkat resistensi normal ( tingkat resistensi saat tubuh dalam kondisi tidak berhadapan dengan stres), dan saat kita menghadapi stres, maka tingkat resistensi mengalami perubahan dengan tujuan agar dapat beradaptasi dengan stres yang dialami.

Menurut Selye ada 3 fase reaksi tubuh terhadap stres, yaitu:

  • Fase saat tubuh memberikan reaksi awal saat terkena stres. Pada tahap awal terjadinya stres, tubuh kita mengalami perubahan fisiologis hingga tingkat resistensinya menurun dibawah normal yang membuat individu mengalami gejala seperti degup jantung semakin cepat, nafas yang memburu, dan keringat dingin. Tahap ini biasa disebut sebagai fase alarm(bahwa ada stres yang harus ditangani).
  • Fase resisten, dimana stres berlangsung terus menerus karena stresornya tetap muncul, yang mengakibatkan tingkat resistensi tubuh meningkat diatas normal yang bertujuan untuk beradaptasi terhadap stresor tersebut agar individunya mampu berfungsi dengan optimal dan pada tahap ini juga tanda-tanda alarm pada tubuh menghilang sebab individu sudah mampu melakukan adaptasi terhadap stresor-stresor yang ada. Tanpa disadari walaupun individu sudah merasa normal tapi sebenarnya stresnya masih ada, namun energi yang dikeluarkan tubuh lebih besar dari yang biasanya sehingga sebenarnya tubuh bekerja lebih ekstra atau keras.
  • Fase kelelahan, dimana stres masih terus berlanjut dan tubuh masih terus diminta untuk menyesuaikan diri dengan stresor-stresor yang ada, maka energi yang digunakan oleh individu untuk penyesuaian akan mengalami penurunan dan membuat tingkat resistensi tubuh menurun hingga dibawah batas normal kembali. Pada fase ini, tanda-tanda ketubuhan yang ada pada fase alarm muncul kembali, tetapi karena energi yang ada didalam tubuh sudah habis, akhirnya tubuh sudah tidak mampu lagi melakukan adaptasi (muncul gangguan fisik maupun psikologis). Jika stres pada fase ini masih berlangsung, maka gangguan yang mucul akan semakin parah dan pada akhirnya individu tersebut akan mengalami kematian.
             Fase Reaksi Tubuh terhadap Stres

1.5.  Tipe-tipe stres psikologis
  • ·         Frustasi, merupakan tipe stres yang disebabkan oleh kegagalan dalam mencapai tujuan karena adanya hambatan. Frustasi ada yang bersifat intrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang dicintai, kegoncangan ekonomi, pengangguran, perselingkuhan, dan lain-lain)
  • ·    Konflik, adalah tipe stres yang diakibatkan karena tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam keinginan atau tujuan. Dimana ada 3 bentuk konflik yaitu:
1.      Aproach-aproach conflict (konflik mendekat-mendekat), adalah konflik yang muncul ketika kita dihadapkan pada dua tujuan yang sama-sama memiliki nilai positif, dan dalam hal ini kita dapat memilih salah satu dari beberapa pilihan yang kita suka tanpa adanya beban. Contohnya, memilih makan atau tidur diwaktu sedang lapar dan ngantuk sekaligus.
Konflik jenis ini sebenarnya mudah diatasi, karena hanya menimbulkan emosi yang rendah.

2.      Avoidance-avoidance conflict( konflik mejauh-menjauh), adalah konflik yang muncul dengan melibatkan 2 hal negatif pada saat yang bersamaan. Contohnya, ada seorang karyawan yang diberi pilihan oleh atasannya untuk melakukan pekerjaan yang tidak disukainya atau ia akan kehilangan pendapatan karena berhenti bekerja (keduanya adalah hal negatif), jika salah satu dipilih maka menimbulkan ketidaksenangan pada hal lain, yang akhirnya menimbulkan konflik.

3.      Approach-avoidance conflict( konflik mendekat-menjauh), adalah konflik yang terjadi dengan melibatkan unsur positif dan negatif secara sekaligus. Contohnya, seorang karyawan  yang ingin segera pulang ke rumah untuk beristirahat pada jam pulang kerja, tetapi disaat yang bersamaan jalanan yang menuju rumah terjadi kemacetan. Sampai dirumah da segera istirahat adalah hal yang menyenangkan, tetapi harus berjejal di atas kendaraan dalam kemacetan lalulintas adalah sesuatu yang menjengkelkan.

  • ·     Tekanan, merupakan tipe stres yang timbul karena tekanan hidup sehari-hari, dimana tekanan dapat berasal dari dalam diri ( cita-cita, keinginan) dan luar diri (orangtua yang menuntut anaknya untuk selalu mendapat nilai yang baik dalam setiap pelajaran disekolah).
  • ·     Krisis, adalah keadaan yang mendadak, dimana menimbulkan stres pada individu ( kematian orang yang disayangi, kecelakaan dan penyakit yang harus segera dioperasi).

1.6. Respon Stres
Respon stres adalah respon tubuh untuk bertahan terhadap ancaman fisik. Dimana respon tersebut adalah respon melawan atau menghindar. 
·         Respon melawan atau menghindar, dimana dalam kondisi stres, tubuh mempersiapkan diri untuk melakukan 1 dari 2 tindakan melawan dan mempertahankan diri sendiri dari ancaman atau lari, dan menghindari bahaya yang menghadang. Respon melawan dipicu oleh rasa marah, sedangkan respon menghindar dipicu oleh rasa takut.
Dari respon stres yang cepat, muncul gejala-gejala yaitu:
·         Denyut jantung meningkat
·         Tekanan darah meningkat
·         Ketengangan otot meningkat
·         Produksi keringat meningkat

1.7. Tahapan-tahapan stres
  • ·      Stres tahap pertama(paling ringan) adalah stres yang disertai perasaan nafsu bekerja yang besar dan berlebihan.
  • ·      Stres tahap kedua, adalah stres yang disertai dengan keluhan ( bangun pagi tidak segar, lekas capek saat menjelang sore, lekas lelah sesudah makan, tidak dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman, jantung berdebar, otot punggung dan tengkuk tegang) karena cadangan tenaga tidak memadai.
  • ·      Stres tahap ketiga, adalah stres yang disertai dengan keluhan seperti defekasi tidak teratur ( kadang diare), otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan sulit tidur kembali, koordinasi tubuh terganggu.
  • ·     Stres tahap keempat, adalah tahapan stres dengan keluhan seperti tidak mampu bekerja sepanjang hari, aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan.
  • ·        Stres tahap kelima, adalah tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental, tidak mampu menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan, gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, serta bingung dan panik.
  • ·      Stres tahap keenam(paling berat), adalah tahapan stres dengan tanda-tanda jantung berdebar keras, sesak nafas, badan gemetar, dingin, banyak keluar keringat,dan pingsan atau collaps.
Jadi, munculnya tahapan-tahapan stres sebenarnya berasal dari perasaan takut atau marah (tidak sabar, frustasi,iri, tidak ramah,depresi, bimbang, cemas, rasa bersalah dan khawatir)

1.8. Symptom Reducing Respons /Reaksi mengurangi gejala Stres
Ada beberapa cara dalam mengurangi gejala-gejala yang stres yang dialami seseorang, yaitu:
  •        Mekanisme Pertahanan Diri
· Identifikasi, menginternalisasi ciri-ciri yang dimiliki oleh orang lain yang berkuasa dan dianggap mengancam.
·  Pengalihan (Displacement), adalah memindahkan reaksi dari objek yang mengancam ke objek yang lain karena objek yang asli berbahaya jika diagresi secara langsung.
· Represi, adalah cara-cara dengan menghalangi impuls-impuls yang ada, agar impuls-impuls tersebut tidak dapat diekspresikan secara langsung dalam tingkah laku.
·  Denial, adalah merupakan penolakan terhadap kenyataan yang ada, sebab kenyataan yang ada dianggap mengancam integritas individu yang bersangkutan.
· Reaksi formasi, adalah dalam mengekspresikan sesuatu dimunculkan secara terbalik atau berlawanan dengan kenyataan.
· Proyeksi, adalah menerapkan dorongan-dorongan yang dimilikinya pada orang lain, karena dorongan-dorongan tersebut mengancam integritasnya.
·   Rasionalisasi, adalah dua gagasan yang berbeda dijaga agar tetap terpisahkan karena bila terus bersama-sama akan mengancam.
·Sublimasi, adalah sebuah dorongan yang ditransformasikan menjadi bentuk-bentuk yang diterima secara sosial dan menjadikan dorongan-dorongan tersebut menjadi berbeda dari dorongan yang aslinya.
2. Coping Spontan
Ada 4 macam coping spontan yang dapat mengatasi stres, yaitu:
·Mempersiapkan diri untuk menghadapi luka, individu diminta unutk melakukan langkah aktif untuk mengurangi bahaya dengan cara menempatkan diri secara langsung pada keadaan yang mengancam dan melakukan aksi yang sesuai dengan bahaya yang ada.
· Agresi, merupakan tindakan yang dilakukan oleh seseorang dengan menyerang orang lain yang dianggap mengancam.
·Penghindaran (Avoidance), merupakan tindakan yang terjadi apabila seseorang yang mengancam dinilai lebih berkuasa dan berbahaya dan individu lebih memilih unutk menghindar dari situasi yang mengancam tersebut.
·Apati, merupakan jenis koping orang yang putus asa, dimana individu tidak bergerak dan menerima begitu saja seseorang melukainya dan tidak ada usaha apa-apa untuk melawan atau melarikan diri dari situasi yang berbahaya tersebut.
Jadi sebenarnya cara-cara diatas yang kita lakukan tanpa sadar adalah usaha kita dalam mengurangi gejal-gejala stres yang kita alami dari kejadian-kejadian negatif.



Daftar Pustaka: 

dr. Hartono, LA. 2007. Stres & Stroke, Yogyakarta; Kanisius.

drh.Akoso, tri budi, M.Sc,Ph.D & Galuh H.E.Akoso, S.P. 2009. Bebas Stres, Yogyakarta;            Kanisius.

Drs. Sunaryo.M.Kes. 2002. Psikologi untuk Keperawatan, Jakarta; Buku Kedokteran EGC.

Hude, darwis. 2006. Emosi, Jakarta; Erlangga.

National Safety Council. 2004. Manajemen Stres, Jakarta; Buku Kedokteran EGC.

Pedak, mustamir.2009. Metode Supernol Menaklukkan Stres, Jakarta; Hikmah.

Siswanto, S.Psi., M.Si. 2007. Kesehatan Mental;Konsep, Cakupan dan Perkembangannya,           Yogyakarta; Penerbit Andi.

Senin, 02 April 2012

Skizofrenia


                Skizofrenia(schizophrenia) adalah gangguan dengan serangkaian simtom yang meliputi gangguan konteks berpikir, bentuk pemikiran, persepsi, afek, rasa terhadap diri(sense of self), motivasi, perilaku, dan fungsi interpersonal.
                Gangguan Skizofrenia pertama kali diidentifikasi sebagai penyakit oleh dokter Prancis, Benedict Morel (1809-1873), dan secara sistematis didefinisikan oleh psikiater Jerman Emil Kraeplin(1856-1926). Dementia praecox, istilah yang digunakan atau dianggap sebagai degenerasi otak (dementia) yang dimulai di usia muda (praecox) dan menyebabkan disintegrasi keseluruhan kepribadian. Sedangkan menurut Eugen Bleuler(1857-1939) nama yang tepat dari gangguan dementia praecox adalah skizofrenia, dimana istilah ini menggabungkan gagsan sentral pada pemahamannya mengenai gangguan tersebut: pecahnya (schiz) atau kurangnya integrasi antara fungsi-fungsi psikologis individu. Bleuler juga menganggap skizofrenia mewakili sekelompok gangguan. Ciri fundamental dari skizofrenia diidentifikasi oleh Bleuler sampai saat ini masih menjadi acuan, yaitu Empat A:
1)      Asosiasi : Gangguan berpikir, dapat dibuktikan dari adanya ucapan yang melantur dan tidak koheren.
2)      Afek     : Gangguan pengalaman dan ekspresi emosi (menangis secara tidak tepat dalam situasi senang atau gembira).
3)      Ambivalensi : Ketidakmampuan untuk membuat keputusan atau mengikuti keputusan.
4)      Autisme : Kecenderungan untuk mempertahankan gaya eksentrik dari pemikiran dan perilaku egosentris.


FASE SKIZOFRENIA

Skizofrenia adalah gangguan yang kompleks dan multiaspek yang mempunyai beberapa bentuk. Hal yang penting dalam diagnosis skizofrenia adalah gangguan tertentu yang berlangsung minimal selama 6 bulan. Dalam jangka waktu tersebut, terdapat beberapa fase yaitu:
1)      Fase Aktif: Berasal dari simtom-simtom seperti delusi, halusinasi, ucapan yang tidak teratur, perilaku terganggu dan simtom negative(ketidakmampuan bicara atau kurangnya inisiatif).
2)      Fase Prodromal: Suatu periode yang mendahului fase aktif selama individu menunjukkan penurunan progresif dalam fungsi social dan interpersonal. Fase tersebut dicirikan dengan beberapa perilaku maladaptive, seperti penarikan diri dari lingkungan social, ketidakmampuan untuk bekerja secara produktif, keesentrikan, tidak terawat, emosi yang tidak tepat, pikiran dan ucapan yang aneh, kepercayaan yang tidak biasa, pengalaman persepsi yang aneh, serta energy dan inisiatif yang menurun.
3)      Fase Residu        : Fase dimana terdapat indikasi gangguan berkelanjutan yang sama dengan perilaku fase prodromal.

Dalam mempelajari orang-orang muda yang berisiko mengembangkan skizofrenia, para peneliti telah mengidentifikasi apa yang mereka sebut kelompok CASIS, terdiri dari defisit kognitif (C), gangguan afeksi (A), isolasi social (SI), dan kegagalan sekolah (S). Sebagai tambahan dari kelompok CASIS, peneliti mendokumentasikan tanda-tanda awal dari deteriorasi yang akan datang yang dikenal dengan simtom positif: melebih-lebihkan atau mengurangi pemikiran, emosi dan perilaku yang normal.


SIMTOM SKIZOFRENIA

                Simtom skizofrenia yang misterius dan dramatis meliputi rentang kategori dari gangguan pikiran yang ekstrem hingga perilaku ganjil. Berikut beberapa karakteristik gangguan:
1)      Gangguan pada isi pikiran: Delusi, merupakan keyakinan palsu yang mendalam dan merupakan gangguan pikiran yang paling umum yang dihubungkan dengan skizofrenia.
2)      Gangguan pada persepsi  :Halusinasi, persepsi palsu pada salah satu dari lima indera. Meskipun halusinasi tidak sesuai dengan stimulus aktualnya, halusinasi tersebut nyata bagi orang skizofrenia.
3)      Gangguan pikiran, bahasa dan komunikasi: Orang dengan skizofrenia memiliki disfungsi proses kognitif dan tidak teratur, sehingga pemikirannya tidak kohesif dan tidak logis. Beberapa contoh komunikasi yang terganggu pada orang dengan skizofrenia tidaklah selalu dramatis, dimana beberapa orang dengan skizofrenia berbicara dengan cara yang aneh dan menggunakan ucapan yang kaku atau terdengar muluk.
4)      Perilaku yang terganggu: Seseorang dengan skizofrenia memperlihatkan tanda-tanda gangguan katatonik, dalm bentuk stupor, kaku atau kehebohan. Stupor katatonik adalah kondisi tidak merespon terhadap stimulus eksternal, kemungkinan sampai pada titik tidak menyadari keadaan sekitarnya. Kehebohan katatonik meliputi gerakan tubuh tanpa tujuan dan berulang-ulang, juga sama ekstremnya.
5)      Simtom negative: Seseorang dengan skizofrenia, memiliki simtom negative yang paling umum adalah kedataran afeksi(individu terlihat tidak responsive dengan bahasa tubuh yang relative tanpa gerak dan reaksi wajah, serta kontak mata yang minimal), alogia(kekurangan spontanitas atau kepekaan dalam pembicaraan atau kehilangan kata-kata), avolisi(ketidakmauan untuk bertindak dan kurangnya inisiatif). Pada beberapa orang dengan skizofrenia juga mengalami anhedonia(hilangnya kemampuan untuk merasakan kesenangan atau ketertarikan dari aktivitas yang bagi banyak orang sangat menarik.
6)      Disfungsi social dan pekerjaan: Orang dengan skizofrenia sering mengekspresikan emosinya dengan cara yang terlihat abnormal bagi orang lain seperti mengekspresikan afek yang tidak konsisten dengan apa yang mereka rasakan atau yang diharapkan dalam situasi tertentu(orang yang terkikik dalam situasi ketika orang lain serius atau menangis dalam situasi yang lucu).


TIPE SKIZOFRENIA

Terdapat beberapa tipe orang dengan skizofrenia, yaitu:
1)      Skizofrenia tipe katatonik, memiliki perilaku yang ganjil.
2)      Skizofrenia tipe disorganisasi, dicirikan dengan kombinasi simtom yang meliputi ucapan yang tidak teratur, perilaku yang terganggu dan afek yang datar atau tidak sesuai. Terkadang delusi dan halusinasi orang tersebut ketika muncul tidak koheren dengan temanya. Seseorang dengan gangguan seperti ini, ganjil dalam berperilaku dan penampilan mereka, dan biasanya memiliki kelemahan yang serius dalam pekerjaan dan konteks social yang lain.
3)      Skizofrenia tipe paranoid, seseorang dengan tipe seperti ini diliputi dengan satu atau lebih delusi yang ganjil atau halusinasi auditori yang berkaitan dengan suatu tema bahwa ia disiksa atau dilecehkan, tetapi tidak disertai ucapan yang tidak teratur atau perilaku yang terganggu, memiliki masalah interpersonal yang parah karena kecurigaan mereka dan gaya argumentative mereka.
4)      Skizofrenia tipe tidak terdiferensiasi, seseorang dengan tipe seperti ini menujukkan simtom skizofrenia yang kompleks, seperti delusi, halusinasi, ketidakjelasan, dan perilaku terganggu, namun tidak sesuai dengan tipe skizofrenia katatonik, tipe disorganisasi, atau tipe paranoid.
5)      Skizofrenia tipe residu, seseorang dengan tipe ini tidak mengalami delusi, halusinasi, ketidakjelasan atau disorganisasi, tetapi memiliki beberapa simtom seperti ketumpulan emosi, penarikan diri dari lingkungan social, perilaku eksentrik atau pemikiran yang tidak logis.


ASPEK-ASPEK SKIZOFRENIA

                Para peneliti telah mengeksplorasi cara-cara lain dalam menambahkan tipe-tipe skizofrenia dalam mencirikan bentuk skizofrenia yang berbeda dan ada beberapa aspek skizofrenia yang telah dibentuk oleh para peneliti yaitu, psikotik, negative, dan disorganisasi. Aspek psikotik relevan pada kasus individu mengalami delusi dan halusinasi yang menonjol, aspek negative diterapkan pada kondisi yang dicirikan dengan simtom-simtom negative(afek datar, alogia, dan avolition), aspek disorganisasi meliputi ucapan yang tidak terorganisasi, perilaku yang tidak terorganisasi, dan afek yang tidak tepat.


GANGGUAN PSIKOTIK LAIN

                Gangguan psikotik yang lain adalah gangguan yang seperti skizofrenia, dimana memiliki 3 ciri yang sama dengan skizofrenia yaitu, masing- masing dalam bentuk psikosis yang mewakili keterputusan yang serius dengan realitas, kondisinya tidak disebabkan oleh suatu gangguan kelemahan kognitif(seperti Alzheimer), dan gangguan mood tidak menjadi simtom utama. Berikut adalah beberapa gangguan psikotik yang lain:
1)      Gangguan psikotik singkat, seseorang yang tiba-tiba kehilangan control akan dirinya, bertingkah aneh, dan mengalami pengalaman yang asing, seperti delusi atau halusinasi. Dimana suatu gangguan yang dicirikan dengan onset tiba-tiba simtom psikotik yang berlangsung kurang dari 1 bulan. Simtom-simtom tersebut seringkali bersifat reaktif muncul setelah kejadian yang menyebabkan stress, biasanya orang dengan stresor seperti ini dapat kembali ke fungsi normal. Stresor tersebut mungkin sesuatu yang orang lain akan jelas mengenalinya sebagai sesuatu yang serius(kematian pasangan atau kebakaran rumah) tetapi pada beberapa kasus, stresornya cukup menggangu bagi individu meskipun orang lain melihatnya sebagai sesuatu yang tidak terlalu mengganggu(masalah financial atau akademik). Varian lain dari gangguan psikotik singkat adalah yang melibatkan wanita yang mengalami serangan pasca melahirkan, dimana beberapa wanita mengalami simtom depresi mayor setelah melahirkan(mengalami delusi yang aneh atau halusinasi yang mengganggu atau memperlihatkan perilaku katatonik). Treatment bagi gangguan psikotik singkat biasanya terdiri dari kombinasi penggunaan obat-obatan dan psikoterapi. Beberapa orang perlu menggunakan obat antikecemasan dan antipsikotik untuk waktu yang singkat agar mereka dapat kembali berfungsi secara normal.
2)      Gangguan schizophreniform, gejala-gejala yang pada dasarnya sama dengan yang ditemukan pada skizofrenia, yang membedakan adalah durasi munculnya simtom-simtom. Gejala gangguan schizophreniform berlangsung lebih lama daripada gejala yang muncul pada gangguan psikotik singkat, tetapi lebih pendek dari skizofrenia, dimana biasanya gejala aktif akan berakhir dari 1-6 bulan. Orang yang mengalami schizophreniform memerlukan pengobatan(obat antipsikotik) dan terapi(terapi elektrokonvulsif) untuk membantu mengontrol simtom-simtom yang mereka alami.
3)      Gangguan skizoafektif, dimana seseorang mengalami episode depresi mayor, episode mania, atau episode campuran pada saat yang bersamaan hingga mereka memenuhi criteria diagnostic bagi skizofrenia. Gangguan skizoafektif besar kemungkinannya merujuk pada suatu kombinasi dari simtom yang berkaitan dengan skizofrenia dan simtom gangguan mood yang tidak dapat dipisahkan secara jelas.)      Gangguan delusi, munculnya simtom psikotik tunggal yang menonjol(suatu system terorganisasi yang berisi kepercayaan yang salah). Orang-orang yang mengalami gangguan delusi tidak memperlihatkan simtom-simtom yang mengarah pada diagnosis skizofrenia atau gangguan mood. Hal yang menarik dari orang-orang yang mengalami gangguan delusi adalah mereka dapat menjalani fungsi-fungsi kehidupan dengan baik dan memuaskan, mereka tidak terlihat berbeda dari orang lain kecuali pada saat mendiskusikan hal-hal tertentu yang termasuk dalam delusi mereka. Terdapat lima gangguan delusi, yaitu:
a.       Erotomania, delusi bahwa orang lain sangat jatuh cinta kepadanya.
b.      Delusi kebesaran(grandiose), delusi bahwa seseorang adalah seorang yang sangat penting.
c.       Pencemburu, delusi bahwa partner seksual seseorang adalah partner yang tidak setia.
d.      Kejaran atau penganiayaan, delusi bahwa mereka(orang-orang yang mengalami delusi) telah mengalami penganiayaan atau ditekan.
e.      Somatis, delusi dimana mengidap suatu penyakit atau akan segera meninggal.
5) Gangguan psikotik terbagi, satu atau beberapa orang mengembangkan system delusi sebagai hasil dari kedekatan hubungan dengan seorang penderita psikotik yang delusi. Dua orang yang terlibat dalam gangguan tersebut disebut folie a deux(kebodohan berdua). Gangguan psikotik terbagi berkembang dalam konteks suatu hubungan yang dekat yang terdapat suatu sejarah ketergantungan patologis. Gangguan ini biasa ditemukan diantara anggota yang berasal dari kelaurga yang sama, dengan kasus yang paling umum terjadi adalah yang melibatkan 2 orang saudara perempuan, kombinasi ibu-anak, ayah-anak dan suami-istri, 2 teman baik, maupun pasangan kekasih. Seseorang yang dominan dari pasangan tersebut merasa sangat terisolasi dari pasangannya karena berbagai masalah psikologis. Seseorang yang bergantung biasanya memerlukan seorang yang dominan untuk beberapa alasan(keamanan, masalah keuangan, dukungan emosional) sehingga bersedia untuk menganut delusi yang sama dengan seseorang yang dominan tersebut.


Sumber:
Halgin, Richard P & Susan Krauss. 2011. Psikologi Abnormal: Perspektif Klinis pada Gangguan Psikologis, Edisi 6, Jakarta; Salemba Humanika.