Senin, 02 April 2012

Skizofrenia


                Skizofrenia(schizophrenia) adalah gangguan dengan serangkaian simtom yang meliputi gangguan konteks berpikir, bentuk pemikiran, persepsi, afek, rasa terhadap diri(sense of self), motivasi, perilaku, dan fungsi interpersonal.
                Gangguan Skizofrenia pertama kali diidentifikasi sebagai penyakit oleh dokter Prancis, Benedict Morel (1809-1873), dan secara sistematis didefinisikan oleh psikiater Jerman Emil Kraeplin(1856-1926). Dementia praecox, istilah yang digunakan atau dianggap sebagai degenerasi otak (dementia) yang dimulai di usia muda (praecox) dan menyebabkan disintegrasi keseluruhan kepribadian. Sedangkan menurut Eugen Bleuler(1857-1939) nama yang tepat dari gangguan dementia praecox adalah skizofrenia, dimana istilah ini menggabungkan gagsan sentral pada pemahamannya mengenai gangguan tersebut: pecahnya (schiz) atau kurangnya integrasi antara fungsi-fungsi psikologis individu. Bleuler juga menganggap skizofrenia mewakili sekelompok gangguan. Ciri fundamental dari skizofrenia diidentifikasi oleh Bleuler sampai saat ini masih menjadi acuan, yaitu Empat A:
1)      Asosiasi : Gangguan berpikir, dapat dibuktikan dari adanya ucapan yang melantur dan tidak koheren.
2)      Afek     : Gangguan pengalaman dan ekspresi emosi (menangis secara tidak tepat dalam situasi senang atau gembira).
3)      Ambivalensi : Ketidakmampuan untuk membuat keputusan atau mengikuti keputusan.
4)      Autisme : Kecenderungan untuk mempertahankan gaya eksentrik dari pemikiran dan perilaku egosentris.


FASE SKIZOFRENIA

Skizofrenia adalah gangguan yang kompleks dan multiaspek yang mempunyai beberapa bentuk. Hal yang penting dalam diagnosis skizofrenia adalah gangguan tertentu yang berlangsung minimal selama 6 bulan. Dalam jangka waktu tersebut, terdapat beberapa fase yaitu:
1)      Fase Aktif: Berasal dari simtom-simtom seperti delusi, halusinasi, ucapan yang tidak teratur, perilaku terganggu dan simtom negative(ketidakmampuan bicara atau kurangnya inisiatif).
2)      Fase Prodromal: Suatu periode yang mendahului fase aktif selama individu menunjukkan penurunan progresif dalam fungsi social dan interpersonal. Fase tersebut dicirikan dengan beberapa perilaku maladaptive, seperti penarikan diri dari lingkungan social, ketidakmampuan untuk bekerja secara produktif, keesentrikan, tidak terawat, emosi yang tidak tepat, pikiran dan ucapan yang aneh, kepercayaan yang tidak biasa, pengalaman persepsi yang aneh, serta energy dan inisiatif yang menurun.
3)      Fase Residu        : Fase dimana terdapat indikasi gangguan berkelanjutan yang sama dengan perilaku fase prodromal.

Dalam mempelajari orang-orang muda yang berisiko mengembangkan skizofrenia, para peneliti telah mengidentifikasi apa yang mereka sebut kelompok CASIS, terdiri dari defisit kognitif (C), gangguan afeksi (A), isolasi social (SI), dan kegagalan sekolah (S). Sebagai tambahan dari kelompok CASIS, peneliti mendokumentasikan tanda-tanda awal dari deteriorasi yang akan datang yang dikenal dengan simtom positif: melebih-lebihkan atau mengurangi pemikiran, emosi dan perilaku yang normal.


SIMTOM SKIZOFRENIA

                Simtom skizofrenia yang misterius dan dramatis meliputi rentang kategori dari gangguan pikiran yang ekstrem hingga perilaku ganjil. Berikut beberapa karakteristik gangguan:
1)      Gangguan pada isi pikiran: Delusi, merupakan keyakinan palsu yang mendalam dan merupakan gangguan pikiran yang paling umum yang dihubungkan dengan skizofrenia.
2)      Gangguan pada persepsi  :Halusinasi, persepsi palsu pada salah satu dari lima indera. Meskipun halusinasi tidak sesuai dengan stimulus aktualnya, halusinasi tersebut nyata bagi orang skizofrenia.
3)      Gangguan pikiran, bahasa dan komunikasi: Orang dengan skizofrenia memiliki disfungsi proses kognitif dan tidak teratur, sehingga pemikirannya tidak kohesif dan tidak logis. Beberapa contoh komunikasi yang terganggu pada orang dengan skizofrenia tidaklah selalu dramatis, dimana beberapa orang dengan skizofrenia berbicara dengan cara yang aneh dan menggunakan ucapan yang kaku atau terdengar muluk.
4)      Perilaku yang terganggu: Seseorang dengan skizofrenia memperlihatkan tanda-tanda gangguan katatonik, dalm bentuk stupor, kaku atau kehebohan. Stupor katatonik adalah kondisi tidak merespon terhadap stimulus eksternal, kemungkinan sampai pada titik tidak menyadari keadaan sekitarnya. Kehebohan katatonik meliputi gerakan tubuh tanpa tujuan dan berulang-ulang, juga sama ekstremnya.
5)      Simtom negative: Seseorang dengan skizofrenia, memiliki simtom negative yang paling umum adalah kedataran afeksi(individu terlihat tidak responsive dengan bahasa tubuh yang relative tanpa gerak dan reaksi wajah, serta kontak mata yang minimal), alogia(kekurangan spontanitas atau kepekaan dalam pembicaraan atau kehilangan kata-kata), avolisi(ketidakmauan untuk bertindak dan kurangnya inisiatif). Pada beberapa orang dengan skizofrenia juga mengalami anhedonia(hilangnya kemampuan untuk merasakan kesenangan atau ketertarikan dari aktivitas yang bagi banyak orang sangat menarik.
6)      Disfungsi social dan pekerjaan: Orang dengan skizofrenia sering mengekspresikan emosinya dengan cara yang terlihat abnormal bagi orang lain seperti mengekspresikan afek yang tidak konsisten dengan apa yang mereka rasakan atau yang diharapkan dalam situasi tertentu(orang yang terkikik dalam situasi ketika orang lain serius atau menangis dalam situasi yang lucu).


TIPE SKIZOFRENIA

Terdapat beberapa tipe orang dengan skizofrenia, yaitu:
1)      Skizofrenia tipe katatonik, memiliki perilaku yang ganjil.
2)      Skizofrenia tipe disorganisasi, dicirikan dengan kombinasi simtom yang meliputi ucapan yang tidak teratur, perilaku yang terganggu dan afek yang datar atau tidak sesuai. Terkadang delusi dan halusinasi orang tersebut ketika muncul tidak koheren dengan temanya. Seseorang dengan gangguan seperti ini, ganjil dalam berperilaku dan penampilan mereka, dan biasanya memiliki kelemahan yang serius dalam pekerjaan dan konteks social yang lain.
3)      Skizofrenia tipe paranoid, seseorang dengan tipe seperti ini diliputi dengan satu atau lebih delusi yang ganjil atau halusinasi auditori yang berkaitan dengan suatu tema bahwa ia disiksa atau dilecehkan, tetapi tidak disertai ucapan yang tidak teratur atau perilaku yang terganggu, memiliki masalah interpersonal yang parah karena kecurigaan mereka dan gaya argumentative mereka.
4)      Skizofrenia tipe tidak terdiferensiasi, seseorang dengan tipe seperti ini menujukkan simtom skizofrenia yang kompleks, seperti delusi, halusinasi, ketidakjelasan, dan perilaku terganggu, namun tidak sesuai dengan tipe skizofrenia katatonik, tipe disorganisasi, atau tipe paranoid.
5)      Skizofrenia tipe residu, seseorang dengan tipe ini tidak mengalami delusi, halusinasi, ketidakjelasan atau disorganisasi, tetapi memiliki beberapa simtom seperti ketumpulan emosi, penarikan diri dari lingkungan social, perilaku eksentrik atau pemikiran yang tidak logis.


ASPEK-ASPEK SKIZOFRENIA

                Para peneliti telah mengeksplorasi cara-cara lain dalam menambahkan tipe-tipe skizofrenia dalam mencirikan bentuk skizofrenia yang berbeda dan ada beberapa aspek skizofrenia yang telah dibentuk oleh para peneliti yaitu, psikotik, negative, dan disorganisasi. Aspek psikotik relevan pada kasus individu mengalami delusi dan halusinasi yang menonjol, aspek negative diterapkan pada kondisi yang dicirikan dengan simtom-simtom negative(afek datar, alogia, dan avolition), aspek disorganisasi meliputi ucapan yang tidak terorganisasi, perilaku yang tidak terorganisasi, dan afek yang tidak tepat.


GANGGUAN PSIKOTIK LAIN

                Gangguan psikotik yang lain adalah gangguan yang seperti skizofrenia, dimana memiliki 3 ciri yang sama dengan skizofrenia yaitu, masing- masing dalam bentuk psikosis yang mewakili keterputusan yang serius dengan realitas, kondisinya tidak disebabkan oleh suatu gangguan kelemahan kognitif(seperti Alzheimer), dan gangguan mood tidak menjadi simtom utama. Berikut adalah beberapa gangguan psikotik yang lain:
1)      Gangguan psikotik singkat, seseorang yang tiba-tiba kehilangan control akan dirinya, bertingkah aneh, dan mengalami pengalaman yang asing, seperti delusi atau halusinasi. Dimana suatu gangguan yang dicirikan dengan onset tiba-tiba simtom psikotik yang berlangsung kurang dari 1 bulan. Simtom-simtom tersebut seringkali bersifat reaktif muncul setelah kejadian yang menyebabkan stress, biasanya orang dengan stresor seperti ini dapat kembali ke fungsi normal. Stresor tersebut mungkin sesuatu yang orang lain akan jelas mengenalinya sebagai sesuatu yang serius(kematian pasangan atau kebakaran rumah) tetapi pada beberapa kasus, stresornya cukup menggangu bagi individu meskipun orang lain melihatnya sebagai sesuatu yang tidak terlalu mengganggu(masalah financial atau akademik). Varian lain dari gangguan psikotik singkat adalah yang melibatkan wanita yang mengalami serangan pasca melahirkan, dimana beberapa wanita mengalami simtom depresi mayor setelah melahirkan(mengalami delusi yang aneh atau halusinasi yang mengganggu atau memperlihatkan perilaku katatonik). Treatment bagi gangguan psikotik singkat biasanya terdiri dari kombinasi penggunaan obat-obatan dan psikoterapi. Beberapa orang perlu menggunakan obat antikecemasan dan antipsikotik untuk waktu yang singkat agar mereka dapat kembali berfungsi secara normal.
2)      Gangguan schizophreniform, gejala-gejala yang pada dasarnya sama dengan yang ditemukan pada skizofrenia, yang membedakan adalah durasi munculnya simtom-simtom. Gejala gangguan schizophreniform berlangsung lebih lama daripada gejala yang muncul pada gangguan psikotik singkat, tetapi lebih pendek dari skizofrenia, dimana biasanya gejala aktif akan berakhir dari 1-6 bulan. Orang yang mengalami schizophreniform memerlukan pengobatan(obat antipsikotik) dan terapi(terapi elektrokonvulsif) untuk membantu mengontrol simtom-simtom yang mereka alami.
3)      Gangguan skizoafektif, dimana seseorang mengalami episode depresi mayor, episode mania, atau episode campuran pada saat yang bersamaan hingga mereka memenuhi criteria diagnostic bagi skizofrenia. Gangguan skizoafektif besar kemungkinannya merujuk pada suatu kombinasi dari simtom yang berkaitan dengan skizofrenia dan simtom gangguan mood yang tidak dapat dipisahkan secara jelas.)      Gangguan delusi, munculnya simtom psikotik tunggal yang menonjol(suatu system terorganisasi yang berisi kepercayaan yang salah). Orang-orang yang mengalami gangguan delusi tidak memperlihatkan simtom-simtom yang mengarah pada diagnosis skizofrenia atau gangguan mood. Hal yang menarik dari orang-orang yang mengalami gangguan delusi adalah mereka dapat menjalani fungsi-fungsi kehidupan dengan baik dan memuaskan, mereka tidak terlihat berbeda dari orang lain kecuali pada saat mendiskusikan hal-hal tertentu yang termasuk dalam delusi mereka. Terdapat lima gangguan delusi, yaitu:
a.       Erotomania, delusi bahwa orang lain sangat jatuh cinta kepadanya.
b.      Delusi kebesaran(grandiose), delusi bahwa seseorang adalah seorang yang sangat penting.
c.       Pencemburu, delusi bahwa partner seksual seseorang adalah partner yang tidak setia.
d.      Kejaran atau penganiayaan, delusi bahwa mereka(orang-orang yang mengalami delusi) telah mengalami penganiayaan atau ditekan.
e.      Somatis, delusi dimana mengidap suatu penyakit atau akan segera meninggal.
5) Gangguan psikotik terbagi, satu atau beberapa orang mengembangkan system delusi sebagai hasil dari kedekatan hubungan dengan seorang penderita psikotik yang delusi. Dua orang yang terlibat dalam gangguan tersebut disebut folie a deux(kebodohan berdua). Gangguan psikotik terbagi berkembang dalam konteks suatu hubungan yang dekat yang terdapat suatu sejarah ketergantungan patologis. Gangguan ini biasa ditemukan diantara anggota yang berasal dari kelaurga yang sama, dengan kasus yang paling umum terjadi adalah yang melibatkan 2 orang saudara perempuan, kombinasi ibu-anak, ayah-anak dan suami-istri, 2 teman baik, maupun pasangan kekasih. Seseorang yang dominan dari pasangan tersebut merasa sangat terisolasi dari pasangannya karena berbagai masalah psikologis. Seseorang yang bergantung biasanya memerlukan seorang yang dominan untuk beberapa alasan(keamanan, masalah keuangan, dukungan emosional) sehingga bersedia untuk menganut delusi yang sama dengan seseorang yang dominan tersebut.


Sumber:
Halgin, Richard P & Susan Krauss. 2011. Psikologi Abnormal: Perspektif Klinis pada Gangguan Psikologis, Edisi 6, Jakarta; Salemba Humanika.

1 komentar: