4. Ubahlah 251(8 )menjadi bilangan biner.
2 5 1
binernya 010-101-001
hasilnya 010101001
5. 110101101011 (2) menjadi bilangan hexadesimal
110101101011 (2) di kelompokan menjadi 1101-0110-1011
1101 punya bilngan D hexadesimsal
0110 punya bilangan G hexadesimal
10111 punya bilangan B hexadesimal
jadi hasilnya 110101101011 punya bilangan DGB(16)
Senin, 29 November 2010
TES AWAL
1.Carilah bilangan hexadesimal dari 8754(10 )
Menjadi bilangan biner.
8754 : 16= sisa 2
547 : 16 = sisa 3
34 : 16 = sisa 2
2 : 16 = sisa 1
8754(10 ) = 0001001000110010( 2 )
0001-0010-0011-0010
1232
= 1232(16 )
2.Carilah Bilangan Oktal dari 872(10 )
Dibagi dengan bilangan octal (8)
872 : 8 = 0
109 : 8 = 5
13 : 8 = 5
Hasil 1
872(10 )= 1550(8 )
3.Hitunglah nilai oktal dari 101110111(2 )
(101110111)2 di kelompokan menjadi 101-110-111
101 adalah bilangan 5 oktal
110 adalah bilangan 6 oktal
111 adalah bilangan 7 oktal
jadi hasilnya 101110111 punya bilangan 567 oktal
Menjadi bilangan biner.
8754 : 16= sisa 2
547 : 16 = sisa 3
34 : 16 = sisa 2
2 : 16 = sisa 1
8754(10 ) = 0001001000110010( 2 )
0001-0010-0011-0010
1232
= 1232(16 )
2.Carilah Bilangan Oktal dari 872(10 )
Dibagi dengan bilangan octal (8)
872 : 8 = 0
109 : 8 = 5
13 : 8 = 5
Hasil 1
872(10 )= 1550(8 )
3.Hitunglah nilai oktal dari 101110111(2 )
(101110111)2 di kelompokan menjadi 101-110-111
101 adalah bilangan 5 oktal
110 adalah bilangan 6 oktal
111 adalah bilangan 7 oktal
jadi hasilnya 101110111 punya bilangan 567 oktal
Kamis, 25 November 2010
MANUSIA DAN TANGGUNG JAWAB
A. Pengertian Tanggung Jawab
Menurut kamus besar bahasa Indonesia Tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab merupakan berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya sebagai kesadaran dan kewajibannya.
Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya). Manusia merasa bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik, atau buruk perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengabdian dan pengorbanannya. Untuk memperoleh atau meningkatkan kesadaran bertanggung jawab perlu ditempuh usaha melalui pendidikan penyuluhan, keteladanan, dan takwa kepada Tuhan.
Banyaknya bentuk tanggung jawab menyebabkan terasa sulit merumuskannya dalam bentuk kata-kata yang sederhana dan mudah dimengerti. Tetapi kalau kita amati lebih jauh, pengertian tanggung jawab selalu berkisar pada kesadaran untuk melakukan, kesediaan
untuk melakukan, dan kemampuan untuk melakukan sesuatu.
Pada dasarnya banyak keluarga berharap dapat mengajarkan tanggung jawab dengan memberikan tugas-tugas kecil kepada anaknya dalam kehidupan sehari-hari. Dan sebagai orangtua biasanya berkeinginan untuk menanamkan rasa tanggung jawab pada anak mereka masing-masing. Tuntutan yang teguh bahwa anak harus setia melakukan tugas-tugas kecil itu, memang menimbulkan ketaatan. Namun, bersamaan dengan itu dapat pula timbul suatu pengaruh yang tidak kita inginkan dalam pembentukan watak anak, karena pada dasarnya rasa tanggung jawab bukanlah hal yang dapat diletakkan pada seseorang dari luar, rasa tanggung jawab tumbuh dari dalam, mendapatkan pengarahan dan pemupukan dari sistem nilai yang kita dapati dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Rasa tanggung jawab yang tidak bertumpuk
pada nilai-nilai positif, adakalanya dapat berubah menjadi sesuatu yang membuat sang anak menjadi anti sosial. Ada beberapa cara yang dapat diterapkan untuk mendidik anak dari
usia dini agar menjadi anak yang bertanggung jawab:
• Memberi teladan yang baik.
Dalam mengajarkan tanggung jawab kepada anak, akan lebih berhasil dengan memberikan suatu teladan yang baik. Cara ini mengajarkan kepada anak bukan saja apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara melakukannya, akan tetapi juga bagaimana orangtua melakukan tugas semacam itu.
• Tetap dalam pendirian dan teguh dalam prinsip.
Dalam hal melakukan pekerjaan, orangtua harus melihat apakah anak melakukannya dengan segenap hati dan tekun. Penting bagi orangtua untuk memberikan suatu perhatian pada tugas yang tengah dilakukan si anak. Janganlah sekali-kali kita menunjukkan secara langsung tentang kesalahan-kesalahan anak, tetapi nyatakanlah bagaimana cara memperbaiki kesalahan tersebut. Dengan demikian orantua tetap dalam pendirian, dan teguh dalam prinsip untuk menanamkan rasa tanggung jawab kepada anaknya.
• Memberi anjuran atau perintah hendaknya jelas dan terperinci.
Orangtua dalam memberi perintah ataupun anjuran, hendaklah diucapkan atau disampaikan dengan cukup jelas dan terperinci supaya anak mengerti dalam melakukan tugas yang dibebankan kepadanya.
• Memberi ganjaran atas kesalahan.
Orangtua hendaknya tetap memberi perhatian kepada setiap pekerjaan anak yang telah dilakukannya sesuai dengan kemampuannya. Tidak patut mencela pekerjaan anak yang tidak diselesaikannya. Kalau ternyata anak belum dapat menyelesaikan pekerjaannya saat itu, anjurkanlah untuk dapat melakukan atau melanjutkannya besok hari. Dengan memberikan suatu pujian atau penghargaan, akan membuat anak tetap berkeinginan menyelesaikan pekerjaan itu. Seringkali orangtua senang menjatuhkan suatu hukuman kepada anak yang tidak berhasil menyelesaikan tugasnya. Andaikan memungkinkan lebih baik memberikan ganjaran atas kesalahan dan tidak hanya semata-mata mempermasalahkannya.
• Jangan banyak menuntut.
Orangtua selayaknya tidak patut terlalu banyak menuntut dari anak, sehingga dengan sewenang-wenang memberi tanggung jawab yang
tidak sesuai dengan kemampuan sang anak. Berikanlah tanggung jawab itu dengan cara bertahap-tahap, agar si anak dapat menyanggupi dan menyenangi pekerjaan itu. Ada suatu kebiasaan yang keliru pada orangtua saat mendidik anak, adalah bahwa mereka seringkali sangat memperhatikan dan mengikuti emosinya sendiri. Tetapi sebaliknya emosi anak-anak justru kurang diperhatikan. Orangtua boleh saja marah kepada anak, akan tetapi jagalah supaya kemarahan yang dinyatakan dalam tindakan seperti omelan dan hukuman itu benar-benar tepat untuk perkembangan jiwa anak. Dengan perkataan lain, marahlah pada saat si anak memang perlu dimarahi.
Anak-anak yang sudah mampu berespon secara tepat, adalah anak yang sudah mampu berfikir dalam mendahulukan kepentingan pribadi. Dan anak seperti ini sudah tinggal selangkah lagi kepada pemilikan rasa tanggung jawab. Pada hakekatnya tanggung jawab itu tergantung kepada kemampuan sang anak sendiri, janganlah lantas kita mengatakan bahwa anak yang berusia tujuh tahun itu tidak mempunyai tanggung jawab, karena tidak menjaga adiknya secara baik, sehingga si adik terjatuh dari atas kursi atau tempat tidur. Sesungguhnya anak yang baru berusia tujuh tahun tidak akan mampu
melakukan hal seperti itu. Sebenarnya beban tanggung jawab yang diserahkan pada seorang anak haruslah disesuaikan dengan tingkat kematangan anak. Untuk itu dengan sendirinya orangtua perlu lebih jauh mengenal tentang kemampuan anaknya. Dalam memberikan suatu informasi kepada anak tentang hal yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan adalah sangat penting. Tanpa pengetahuan ini anak tidak bisa disalahkan bila ia tidak mau melakukan apa yang seharusnya ia lakukan. Namun untuk sekedar memberitahu secara lisan, seringkali tidak cukup. Orangtua juga harus bisa menjelaskan dengan contoh bagaimana caranya melakukan hal tersebut, disamping harus dijelaskan alasan-alasan mengapa hal itu harus dilakukan, atau tidak boleh dilakukan.
Biasanya kita cenderung untuk melihat rasa tanggung jawab dari segi-segi yang konkrit, seperti: apakah tingkah lakunya sopan atau tidak, kamar anak bersih atau tidak, apakah si anak sering terlambat dating ke sekolah atau tidak dan sebagainya. Seorang anak bisa saja berlaku sopan, datang ke sekolah tepat pada waktunya, tetapi masih juga membuat keputusan-keputusan yang tidak bertanggungjawab.
Rasa tanggung jawab sejati haruslah bersumber pada nilai-nilai asasi kemanusiaan, dimana nilai-nilai tidak dapat diajarkan secara langsung. Nilai-nilai dihirup oleh anak dan menjadi bagian dari dirinya hanya melalui proses identifikasi, dengan pengertian lain, anak menyamakan dirinya dengan orang yang ia cintai dan ia hormati serta berusaha meniru mereka. Pengalaman-pengalaman konkrit tertentu memperkokoh pelajaran itu, sehingga menjadi bagian dari watak dan kepribadian anak. Jadi jelaslah, bahwa masalah rasa tanggung jawab pada anak, akhirnya kembali pada orangtuanya sendiri, yaitu seperti tercermin dalam mengasuh dan mendidik anak.
B. Macam-macam Tanggung Jawab
• Tanggung jawab terhadap diri sendiri
Tanggung jawab terhadap diri sendiri menuntut kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengambangkan kepribadian sebagai manusia prbadi. Dengan demikian bisa memecahkan masalah-masalah kemanusiaan berdasarkan sifat dasar, manusia adalah mahluk bermoral namun manusia juga seorang pribadi. Karena merupakan seorang pribadi manusia mempunyai pendapat sendiri, perasaan sendiri, angan-angan sendiri sebagai perwujudan dari pendapat perasaan dan angan-angan masnusia dalam berbuat atau bertindak.
• Tanggung jawab terhadap keluarga
Keluarga merupakan Masyarakat kecil, keluarga terdiri dari suami-istri , ayah ibu dan anak-anak, serta orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarganya. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik keluarga tapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan pendidikan dan kehidupan
• Tanggung jawab terhadap Masyarakat
Pada hakekatnya manusai tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain, sesuai dengan kedudukannya sebagai mahluk social. Karena membutuhkan manusia lain maka ia harus berkomunikasi dengan manusia lain tersebut. Dengan demikian manusia merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab seperti anggota masyarakat lain agar dapat melangsungkan hidupnya dalam masyarakat tersebut. Wajarlah apabila segala tingkah laku dan perbuatannya harus dipertaggung jawabkan kepada masyarakat.
• Tanggung jawab kepada Bangsa/Negeri
Setiap manusia adalah warga Negara pada suatu Negara dalam berpikir, berbuat, bertindak, bertingkah laku, manusia terikat oleh norma norma atau aturan-aturan yang dibuat oleh Negara. Manusia tidak dapat berbuat semaunya sendiri bila perbuatan manusia itu salah maka ia harus bertanggung jawab kepada Negara.
• Tanggung jawab terhadap Tuhan
Tuhan menciptakan manusia di bumi ini bukanlah tanpa tanggung jawab, melainkan untuk mengisi kehidupan manusia untuk mempunyai tanggung jawab langsung terhadap Tuhan. Sehingga dikatakan tindakan manusia tidak lepas dari hukuman-hukuman Tuhan. Yang diruangkan dalam berbagai kitab suci melalui berbagai macam agama. Pelanggaran dari hukuman-hukuman tersebut akan segera diperingatkan oleh Tuhan dan jika perungatan yang keraspun manusia masih juga tidak menghiraukan maka Tuhan akan melakukan kutukan. Sebab dengan mengabaikan perintah-perintah Tuhan. Berarti manusia telah meninggalkan tanggung jawab yang seharusnya dilakukan terhadap Tuhan sebagai penciptanya. Bahkan untuk memenuhi tanggungjawabnya manusia harus berkorban.
Pengabdian dan Pengorbanan
• Pengabdian
Pengabdian adalah perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat ataupun tenaga sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang, hormat atas satu ikatan dan semua itu dilakukan dengan ikhlas. Pengabdian pada hakekatnya adalah rasa tanggung jawab. Apabila orang bekerja keras sehari penuh untuk mencukupi kebutuhan, itu berarti dia mengabdi kepada keluarga. Lain halnya jika kita membantu teman dalam kesulitan mungkin sampai berhari hari itu bukan pengabdian tapi hanya bantuan saja.
• Pengorbanan
Berasal dari kata korban yang berarti persembahan sehingga pengorbanan berarti pemberian untuk menyatakan kebaktian. Jadi, pengorbanan yang bersifat kebaktian itu mengandung unsur keikhlasan yang tidak mengandung pamrih dimana, suatu pemberian yang didasarkan atas kesadara moral yang tulus ikhlas. Pengorbanan dalam arti pemberian sebagai tanda kebaktian tanpa pamrih dapat dirasakan bila kita membaca atau mendengarkan kothbah agama dari kisah para tokoh agama. Bagaimana semestinya wajib berkorban.
From: nothingwrongwithmylongblackhair (dengan perubahan)
Menurut kamus besar bahasa Indonesia Tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab merupakan berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya sebagai kesadaran dan kewajibannya.
Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya). Manusia merasa bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik, atau buruk perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengabdian dan pengorbanannya. Untuk memperoleh atau meningkatkan kesadaran bertanggung jawab perlu ditempuh usaha melalui pendidikan penyuluhan, keteladanan, dan takwa kepada Tuhan.
Banyaknya bentuk tanggung jawab menyebabkan terasa sulit merumuskannya dalam bentuk kata-kata yang sederhana dan mudah dimengerti. Tetapi kalau kita amati lebih jauh, pengertian tanggung jawab selalu berkisar pada kesadaran untuk melakukan, kesediaan
untuk melakukan, dan kemampuan untuk melakukan sesuatu.
Pada dasarnya banyak keluarga berharap dapat mengajarkan tanggung jawab dengan memberikan tugas-tugas kecil kepada anaknya dalam kehidupan sehari-hari. Dan sebagai orangtua biasanya berkeinginan untuk menanamkan rasa tanggung jawab pada anak mereka masing-masing. Tuntutan yang teguh bahwa anak harus setia melakukan tugas-tugas kecil itu, memang menimbulkan ketaatan. Namun, bersamaan dengan itu dapat pula timbul suatu pengaruh yang tidak kita inginkan dalam pembentukan watak anak, karena pada dasarnya rasa tanggung jawab bukanlah hal yang dapat diletakkan pada seseorang dari luar, rasa tanggung jawab tumbuh dari dalam, mendapatkan pengarahan dan pemupukan dari sistem nilai yang kita dapati dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Rasa tanggung jawab yang tidak bertumpuk
pada nilai-nilai positif, adakalanya dapat berubah menjadi sesuatu yang membuat sang anak menjadi anti sosial. Ada beberapa cara yang dapat diterapkan untuk mendidik anak dari
usia dini agar menjadi anak yang bertanggung jawab:
• Memberi teladan yang baik.
Dalam mengajarkan tanggung jawab kepada anak, akan lebih berhasil dengan memberikan suatu teladan yang baik. Cara ini mengajarkan kepada anak bukan saja apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara melakukannya, akan tetapi juga bagaimana orangtua melakukan tugas semacam itu.
• Tetap dalam pendirian dan teguh dalam prinsip.
Dalam hal melakukan pekerjaan, orangtua harus melihat apakah anak melakukannya dengan segenap hati dan tekun. Penting bagi orangtua untuk memberikan suatu perhatian pada tugas yang tengah dilakukan si anak. Janganlah sekali-kali kita menunjukkan secara langsung tentang kesalahan-kesalahan anak, tetapi nyatakanlah bagaimana cara memperbaiki kesalahan tersebut. Dengan demikian orantua tetap dalam pendirian, dan teguh dalam prinsip untuk menanamkan rasa tanggung jawab kepada anaknya.
• Memberi anjuran atau perintah hendaknya jelas dan terperinci.
Orangtua dalam memberi perintah ataupun anjuran, hendaklah diucapkan atau disampaikan dengan cukup jelas dan terperinci supaya anak mengerti dalam melakukan tugas yang dibebankan kepadanya.
• Memberi ganjaran atas kesalahan.
Orangtua hendaknya tetap memberi perhatian kepada setiap pekerjaan anak yang telah dilakukannya sesuai dengan kemampuannya. Tidak patut mencela pekerjaan anak yang tidak diselesaikannya. Kalau ternyata anak belum dapat menyelesaikan pekerjaannya saat itu, anjurkanlah untuk dapat melakukan atau melanjutkannya besok hari. Dengan memberikan suatu pujian atau penghargaan, akan membuat anak tetap berkeinginan menyelesaikan pekerjaan itu. Seringkali orangtua senang menjatuhkan suatu hukuman kepada anak yang tidak berhasil menyelesaikan tugasnya. Andaikan memungkinkan lebih baik memberikan ganjaran atas kesalahan dan tidak hanya semata-mata mempermasalahkannya.
• Jangan banyak menuntut.
Orangtua selayaknya tidak patut terlalu banyak menuntut dari anak, sehingga dengan sewenang-wenang memberi tanggung jawab yang
tidak sesuai dengan kemampuan sang anak. Berikanlah tanggung jawab itu dengan cara bertahap-tahap, agar si anak dapat menyanggupi dan menyenangi pekerjaan itu. Ada suatu kebiasaan yang keliru pada orangtua saat mendidik anak, adalah bahwa mereka seringkali sangat memperhatikan dan mengikuti emosinya sendiri. Tetapi sebaliknya emosi anak-anak justru kurang diperhatikan. Orangtua boleh saja marah kepada anak, akan tetapi jagalah supaya kemarahan yang dinyatakan dalam tindakan seperti omelan dan hukuman itu benar-benar tepat untuk perkembangan jiwa anak. Dengan perkataan lain, marahlah pada saat si anak memang perlu dimarahi.
Anak-anak yang sudah mampu berespon secara tepat, adalah anak yang sudah mampu berfikir dalam mendahulukan kepentingan pribadi. Dan anak seperti ini sudah tinggal selangkah lagi kepada pemilikan rasa tanggung jawab. Pada hakekatnya tanggung jawab itu tergantung kepada kemampuan sang anak sendiri, janganlah lantas kita mengatakan bahwa anak yang berusia tujuh tahun itu tidak mempunyai tanggung jawab, karena tidak menjaga adiknya secara baik, sehingga si adik terjatuh dari atas kursi atau tempat tidur. Sesungguhnya anak yang baru berusia tujuh tahun tidak akan mampu
melakukan hal seperti itu. Sebenarnya beban tanggung jawab yang diserahkan pada seorang anak haruslah disesuaikan dengan tingkat kematangan anak. Untuk itu dengan sendirinya orangtua perlu lebih jauh mengenal tentang kemampuan anaknya. Dalam memberikan suatu informasi kepada anak tentang hal yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan adalah sangat penting. Tanpa pengetahuan ini anak tidak bisa disalahkan bila ia tidak mau melakukan apa yang seharusnya ia lakukan. Namun untuk sekedar memberitahu secara lisan, seringkali tidak cukup. Orangtua juga harus bisa menjelaskan dengan contoh bagaimana caranya melakukan hal tersebut, disamping harus dijelaskan alasan-alasan mengapa hal itu harus dilakukan, atau tidak boleh dilakukan.
Biasanya kita cenderung untuk melihat rasa tanggung jawab dari segi-segi yang konkrit, seperti: apakah tingkah lakunya sopan atau tidak, kamar anak bersih atau tidak, apakah si anak sering terlambat dating ke sekolah atau tidak dan sebagainya. Seorang anak bisa saja berlaku sopan, datang ke sekolah tepat pada waktunya, tetapi masih juga membuat keputusan-keputusan yang tidak bertanggungjawab.
Rasa tanggung jawab sejati haruslah bersumber pada nilai-nilai asasi kemanusiaan, dimana nilai-nilai tidak dapat diajarkan secara langsung. Nilai-nilai dihirup oleh anak dan menjadi bagian dari dirinya hanya melalui proses identifikasi, dengan pengertian lain, anak menyamakan dirinya dengan orang yang ia cintai dan ia hormati serta berusaha meniru mereka. Pengalaman-pengalaman konkrit tertentu memperkokoh pelajaran itu, sehingga menjadi bagian dari watak dan kepribadian anak. Jadi jelaslah, bahwa masalah rasa tanggung jawab pada anak, akhirnya kembali pada orangtuanya sendiri, yaitu seperti tercermin dalam mengasuh dan mendidik anak.
B. Macam-macam Tanggung Jawab
• Tanggung jawab terhadap diri sendiri
Tanggung jawab terhadap diri sendiri menuntut kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengambangkan kepribadian sebagai manusia prbadi. Dengan demikian bisa memecahkan masalah-masalah kemanusiaan berdasarkan sifat dasar, manusia adalah mahluk bermoral namun manusia juga seorang pribadi. Karena merupakan seorang pribadi manusia mempunyai pendapat sendiri, perasaan sendiri, angan-angan sendiri sebagai perwujudan dari pendapat perasaan dan angan-angan masnusia dalam berbuat atau bertindak.
• Tanggung jawab terhadap keluarga
Keluarga merupakan Masyarakat kecil, keluarga terdiri dari suami-istri , ayah ibu dan anak-anak, serta orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarganya. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik keluarga tapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan pendidikan dan kehidupan
• Tanggung jawab terhadap Masyarakat
Pada hakekatnya manusai tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain, sesuai dengan kedudukannya sebagai mahluk social. Karena membutuhkan manusia lain maka ia harus berkomunikasi dengan manusia lain tersebut. Dengan demikian manusia merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab seperti anggota masyarakat lain agar dapat melangsungkan hidupnya dalam masyarakat tersebut. Wajarlah apabila segala tingkah laku dan perbuatannya harus dipertaggung jawabkan kepada masyarakat.
• Tanggung jawab kepada Bangsa/Negeri
Setiap manusia adalah warga Negara pada suatu Negara dalam berpikir, berbuat, bertindak, bertingkah laku, manusia terikat oleh norma norma atau aturan-aturan yang dibuat oleh Negara. Manusia tidak dapat berbuat semaunya sendiri bila perbuatan manusia itu salah maka ia harus bertanggung jawab kepada Negara.
• Tanggung jawab terhadap Tuhan
Tuhan menciptakan manusia di bumi ini bukanlah tanpa tanggung jawab, melainkan untuk mengisi kehidupan manusia untuk mempunyai tanggung jawab langsung terhadap Tuhan. Sehingga dikatakan tindakan manusia tidak lepas dari hukuman-hukuman Tuhan. Yang diruangkan dalam berbagai kitab suci melalui berbagai macam agama. Pelanggaran dari hukuman-hukuman tersebut akan segera diperingatkan oleh Tuhan dan jika perungatan yang keraspun manusia masih juga tidak menghiraukan maka Tuhan akan melakukan kutukan. Sebab dengan mengabaikan perintah-perintah Tuhan. Berarti manusia telah meninggalkan tanggung jawab yang seharusnya dilakukan terhadap Tuhan sebagai penciptanya. Bahkan untuk memenuhi tanggungjawabnya manusia harus berkorban.
Pengabdian dan Pengorbanan
• Pengabdian
Pengabdian adalah perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat ataupun tenaga sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang, hormat atas satu ikatan dan semua itu dilakukan dengan ikhlas. Pengabdian pada hakekatnya adalah rasa tanggung jawab. Apabila orang bekerja keras sehari penuh untuk mencukupi kebutuhan, itu berarti dia mengabdi kepada keluarga. Lain halnya jika kita membantu teman dalam kesulitan mungkin sampai berhari hari itu bukan pengabdian tapi hanya bantuan saja.
• Pengorbanan
Berasal dari kata korban yang berarti persembahan sehingga pengorbanan berarti pemberian untuk menyatakan kebaktian. Jadi, pengorbanan yang bersifat kebaktian itu mengandung unsur keikhlasan yang tidak mengandung pamrih dimana, suatu pemberian yang didasarkan atas kesadara moral yang tulus ikhlas. Pengorbanan dalam arti pemberian sebagai tanda kebaktian tanpa pamrih dapat dirasakan bila kita membaca atau mendengarkan kothbah agama dari kisah para tokoh agama. Bagaimana semestinya wajib berkorban.
From: nothingwrongwithmylongblackhair (dengan perubahan)
Manusia dan Keadilan
Dalam kehidupan, setiap manusia dalam melakukan aktifitasnya pasti pernah menemukan perlakuan yang tidak adil atau bahkan sebaliknya, melakukan hal yang tidak adil. Dimana dari setiap diri manusia pasti terdapat dorongan atau keinginan untuk berbuat kebaikan “jujur”. Tetapi terkadang untuk melakukan kejujuran sangatlah tidak mudah dan selalui dibenturkan oleh permasalahan – permasalahan dan kendala yang dihadapinya yang kesemuanya disebabkan oleh berbagai sebab, seperti keadaan atau situasi, permasalahan teknis hingga bahkan sikap moral.
Dampak positif dari keadilan itu terjadi ketika seseorang mendapat perlakuan yang tidak adil maka orang tersebut akan mencoba untuk bertanya atau melalukan perlawanan “protes” dengan caranya sendiri. Dan cara itulah yang dapat menimbulkan kreatifitas dan seni tingkat tinggi seperti demonstrasi, melukis, menulis dalam bentuk apabun hingga bahkan membalasnya dengan berdusta dan melakukan kecurangan.
Keadilan adalah pengakuan atas perbuatan yang seimbang, pengakuan secara kata dan sikap antara hak dan kewajiban. Setiap dari kita “manusia” memiliki itu “hak dan kewajiban”, dimana hak yang dituntut haruslah seimbang dengan kewajiban yang telah dilakukan sehingga terjalin harmonisasi dalam perwujudan keadilan itu sendiri.
Keadilan pada dasarnya merupakan sebuah kebutuhan mutlak bagi setiap manusia dibumi ini dan tidak akan mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan. Dimana keadilan memiliki cirri-ciri antara lain ; tidak memihak, seimbang dan melihat segalanya sesuai dengan proporsinya baik secara hak dan kewajiban dan sebanding dengan moralitas. Arti moralitas disini adalah sama antara perbuatan yang dilakukan dan ganjaran yang diterimanya. Dengan kata lain keadilan itu sendiri dapat bersifat hukum.
Keadilan sendiri memiliki sifat yang sangat bertolak belakang dengan dusta atau kecurangan. Dimana kecurangan sangat identik dengan perbuatan yang tidak baik dan tidak jujur. Atau dengan kata lain apa yang dikatakan tidak sama dengan apa yang dilakukan.
Kecurangan pada dasarnya merupakan penyakit hati yang dapat menjadikan orang tersebut menjadi serakah, tamak, iri hati, matrealistis serta mengkesampingkan nurani dan sisi moralitas.
Ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan kecurangan antara lain ;
1. Faktor ekonomi. Setiap manusia berhak hidup layak dan membahagiakan dirinya. Terkadang untuk mewujudkan hal tersebut kita sebagai mahluk lemah, sangat rentan sekali dengan hal – hal pintas dalam mencapai apa yang kita inginkan dan pikirkan. Menghalalkan segala cara untuk mencapai sebuah tujuan semu tanpa melihat orang lain disekelilingnya.
2. Faktor Peradaban dan Kebudayaan sangat mempengaruhi sikap serta mentalitas individu yang terdapat didalamnya “system kebudayaan” meski terkadang hal ini tidak selalu mutlak. Keadilan dan kecurangan merupakan sikap mental yang membutuhkan keberanian dan sportifitas. Pergeseran moral saat ini memicu terjadinya pergeseran nurani hampir pada setiap individu didalamnya sehingga sangat sulit sekali untuk menentukan dan bahkan menegakan keadilan.
3. Teknis. Hal ini juga sangat dapat menentukan arah kebijakan bahkan keadilan itu sendiri. Terkadang untuk dapat bersikap adil,kita pun mengedepankan aspek perasaan atau kekeluargaan sehingga sangat sulit sekali untuk dilakukan, bahkan mempertahankan keadilan kita sendiri harus bersikap salah dan berkata bohong agar tidak melukai perasaan orang lain. Dengan kata lain kita sebagai bangsa timur yang sangat sopan dan santun.
4. dan lain sebagainya.
Keadilan dan kecurangaan atau ketidakadilan tidak akan dapat berjalan dalam waktu bersamaan karena keduanya sangat bertolak belakang dan berseberangan.
Kejujuran atau jujur artinya apa yang dikatakan seseorang sesuai dengan hati nuraninya
apa yang dikatakannya sesuai dengan kenyataan yang ada. Sedang kenyataan yang ada itu
adalah kenyataan yang benar-benar ada. Jujur juga berarti seseorang bersih hatinya dari
perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan hukum. Karena itu jujur berarti juga menepati janji atau kesanggupan yang terlampir malalui kata-kata ataupun yang masih terkandung dalam hati nuraninya yang berupa kehendak, harapan dan niat.
Seseorang yang tidak menepati niatnya berarti mendustai diri sendiri. Apabila niat telah
terlahir dalam kata-kata, padahal tidak ditepati, maka kebohongannya disaksikan orang lain.
Sikap jujur perlu dipelajari oleh setiap orang, sebab kejujuran mewujudkan keadilan, sedang
keadilan mununtut kemuliaan abadi, jujur memberikan keberaniaan. Teguhlah pada kebenaran, sekalipun kejujuran dapat merugikanmu, serta jangan pula berdusta, walaupun dustamu dapat
menguntungkanmu.
PEMULIHAN NAMA BAIK
Nama baik merupakan tujuan utama orang hidup. Nama baik adalah nama yang tidak tercela. Setiap orang menjaga dengan hati-hati agar namanya tetap baik. Lebih-lebih jikamenjadi teladan bagi orang disekitamya adalah suatu kebanggaan batin yang tak ternilai harganya.
Tingkah laku atau perbuatan yang baik dengan nama baik itu pada hakekatnya sesuai dengan kodrat manusia, yaitu :
a) manusia menurut sifat dasamya adalah mahluk moral
b)ada aturan-aturan yang berdiri sendiri yang hams dipatuhi manusia untuk mewujudkan
dirinya sendiri sebagai pelaku moral tersebut.
Pada hakekatnya, pemulihan nama baik adalah kesadaran manusia akan segala kesalahannya; bahwa apa yang diperbuatnya tidak sesuai dengan ukuran moral atau tidak sesuai dengan ahlak.
PEMBALASAN
Pembalasan ialah suatu reaksi atas perbuatan orang lain. reaksi itu dapat berupa perbuatan yang seimbang, tingkah laku yang serupa, tingkah laku yang seimbang. Pembalasan disebabkan oleh adanya pergaulan. Pergaulan yang bersahabat mendapat balasan yang bersahabat. Sebaliknya, pergaulan yang penuh kecurigaan menimbulkan balasan yang tidak bersahabat pula.
Pada dasarnya, manusia adalah mahluk moral dan mahluk sosial. Dalam bergaul, manusia harus mematuhi norma-norma untuk mewujudkan moral itu. Bila manusia berbuat amoral, lingkunganlah yang menyebabkannya. Perbuatan amoral pada hakekatnya adalah pebuatan yang melanggar atau mempeikosa hak dan kewajiban manusia lain.
Oleh karena tiap manusia tidak menghendaki hak dan kewajibannya dilanggar atau diperkosa, maka manusia berusaha mempertahankan hak dan kewajibannya itu. Mempertahankan hak dan kewajiban itu adalah pembalasan.
KEADILAN SOSIAL
Pada sila kelima Pancasila, berbunyi : "keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia."
Dimana dalam dokumen Pancasila terdapat prinsip kesejahteraan sebagai salah satu dasar negara. Selanjutnya prinsip itu dijelaskan sebagai prinsip "tidak ada kerniskinan di dalam Indonesia merdeka".Usul dan penjelasan itu nampak adanya pembauran pengertian kesejahteraan dan keadilan.
Selanjutnya untuk mewujudkan keadilan sosial itu, diperlukan perbuatan sebagai berikut:
1) perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan.
2) Sikap adil terhadap sesarna, menjaaga keseimbangan antara hak dan kewajiban serta
menghonnati hak-hak orang lain.
3) sikap suka memberi pertolongan kepada orang yang memerlukan
4) sikap suka bekerja kerns
5) sikap menghargai hasil karya orang lain yang bemianfaat untuk mencapai kemajuan dan
kesejahteraan bersama
Keadilan dan ketidak adilan tidak dapat dipisahkan dalarn kehidupan manusia karena dalam hidupnya manusia menghadapi keadilan / ketidakadilan setiap hari. Oleh karena itu keadilan dan ketidakadilan, menimbulkan daya kreativitas manusia. Banyak hasil seni lahir dari imajinasi ketidakadilan, seperti drama, puisi, novel, musik dan lain-lain.
BERBAGAI MACAM KEADILAN
1. Keadilan legal atau keadilan moral
Keadilan ini timbul dengan sendirinya karena penyatuan dan penyesuaian agar terwujud hubungan sesama manusia yang harmonis satu sama lain.dapat disebut legal karna tanpa kesepakatan tertulis maupun tidak keadilan moral harus terus berjalan untuk keharmonisan hidup bersama.jika tidak dilakukan akan terjadi kekacauan dalam masyarakat,misalnya/contohnya seorang buruh bangunan yang ikut mencampuri urusan kantor yang dibangunnya, agar tidak terjadi kekecewaan dari kliennya terhadap hasil bangunannya.
2. Keadilan distributive
Keadilan distributif atau dengan kata lain keadilan dalam segala macam pembagian.
Contoh senderhananya yaitu pengajar les yang telah mengajar sebulan dan yang mengajar dua bulan harus dibedakan gajinya meski mereka mengajar mata pelajaran yang sama.
3. Keadilan komutatif
Tujuan dari keadilanini adalah untuk menjaga ketertiban masyarakat dan juga kesejahteraan umum.
Semua tindakan yang telihat adil ternyata menjadi ketidakadilan dan merusak pertalian antara manusia lainnya.
Dalam hal lain Kejujuran juga memiliki peranan penting dalam hubungan manusia dan keadilan.
Jika manusia mengutamakan kejujuran dalam hidupnya maka ia telah berbuat kebenaran. Kejujuran akan menunjang seseorang dalam berprilaku adil tanpa ada yang ditutup-tutupi.
Maka dapat disimpulkan bahwa manusia hidup memerlukan keadilan dan keadilan dapat ditunjang dengan sikap manusia yang jujur.
http://filsafat.kompasiana.com/2010/04/28/manusia-dan-keadilan/
(dengan perubahan)
Dampak positif dari keadilan itu terjadi ketika seseorang mendapat perlakuan yang tidak adil maka orang tersebut akan mencoba untuk bertanya atau melalukan perlawanan “protes” dengan caranya sendiri. Dan cara itulah yang dapat menimbulkan kreatifitas dan seni tingkat tinggi seperti demonstrasi, melukis, menulis dalam bentuk apabun hingga bahkan membalasnya dengan berdusta dan melakukan kecurangan.
Keadilan adalah pengakuan atas perbuatan yang seimbang, pengakuan secara kata dan sikap antara hak dan kewajiban. Setiap dari kita “manusia” memiliki itu “hak dan kewajiban”, dimana hak yang dituntut haruslah seimbang dengan kewajiban yang telah dilakukan sehingga terjalin harmonisasi dalam perwujudan keadilan itu sendiri.
Keadilan pada dasarnya merupakan sebuah kebutuhan mutlak bagi setiap manusia dibumi ini dan tidak akan mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan. Dimana keadilan memiliki cirri-ciri antara lain ; tidak memihak, seimbang dan melihat segalanya sesuai dengan proporsinya baik secara hak dan kewajiban dan sebanding dengan moralitas. Arti moralitas disini adalah sama antara perbuatan yang dilakukan dan ganjaran yang diterimanya. Dengan kata lain keadilan itu sendiri dapat bersifat hukum.
Keadilan sendiri memiliki sifat yang sangat bertolak belakang dengan dusta atau kecurangan. Dimana kecurangan sangat identik dengan perbuatan yang tidak baik dan tidak jujur. Atau dengan kata lain apa yang dikatakan tidak sama dengan apa yang dilakukan.
Kecurangan pada dasarnya merupakan penyakit hati yang dapat menjadikan orang tersebut menjadi serakah, tamak, iri hati, matrealistis serta mengkesampingkan nurani dan sisi moralitas.
Ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan kecurangan antara lain ;
1. Faktor ekonomi. Setiap manusia berhak hidup layak dan membahagiakan dirinya. Terkadang untuk mewujudkan hal tersebut kita sebagai mahluk lemah, sangat rentan sekali dengan hal – hal pintas dalam mencapai apa yang kita inginkan dan pikirkan. Menghalalkan segala cara untuk mencapai sebuah tujuan semu tanpa melihat orang lain disekelilingnya.
2. Faktor Peradaban dan Kebudayaan sangat mempengaruhi sikap serta mentalitas individu yang terdapat didalamnya “system kebudayaan” meski terkadang hal ini tidak selalu mutlak. Keadilan dan kecurangan merupakan sikap mental yang membutuhkan keberanian dan sportifitas. Pergeseran moral saat ini memicu terjadinya pergeseran nurani hampir pada setiap individu didalamnya sehingga sangat sulit sekali untuk menentukan dan bahkan menegakan keadilan.
3. Teknis. Hal ini juga sangat dapat menentukan arah kebijakan bahkan keadilan itu sendiri. Terkadang untuk dapat bersikap adil,kita pun mengedepankan aspek perasaan atau kekeluargaan sehingga sangat sulit sekali untuk dilakukan, bahkan mempertahankan keadilan kita sendiri harus bersikap salah dan berkata bohong agar tidak melukai perasaan orang lain. Dengan kata lain kita sebagai bangsa timur yang sangat sopan dan santun.
4. dan lain sebagainya.
Keadilan dan kecurangaan atau ketidakadilan tidak akan dapat berjalan dalam waktu bersamaan karena keduanya sangat bertolak belakang dan berseberangan.
Kejujuran atau jujur artinya apa yang dikatakan seseorang sesuai dengan hati nuraninya
apa yang dikatakannya sesuai dengan kenyataan yang ada. Sedang kenyataan yang ada itu
adalah kenyataan yang benar-benar ada. Jujur juga berarti seseorang bersih hatinya dari
perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan hukum. Karena itu jujur berarti juga menepati janji atau kesanggupan yang terlampir malalui kata-kata ataupun yang masih terkandung dalam hati nuraninya yang berupa kehendak, harapan dan niat.
Seseorang yang tidak menepati niatnya berarti mendustai diri sendiri. Apabila niat telah
terlahir dalam kata-kata, padahal tidak ditepati, maka kebohongannya disaksikan orang lain.
Sikap jujur perlu dipelajari oleh setiap orang, sebab kejujuran mewujudkan keadilan, sedang
keadilan mununtut kemuliaan abadi, jujur memberikan keberaniaan. Teguhlah pada kebenaran, sekalipun kejujuran dapat merugikanmu, serta jangan pula berdusta, walaupun dustamu dapat
menguntungkanmu.
PEMULIHAN NAMA BAIK
Nama baik merupakan tujuan utama orang hidup. Nama baik adalah nama yang tidak tercela. Setiap orang menjaga dengan hati-hati agar namanya tetap baik. Lebih-lebih jikamenjadi teladan bagi orang disekitamya adalah suatu kebanggaan batin yang tak ternilai harganya.
Tingkah laku atau perbuatan yang baik dengan nama baik itu pada hakekatnya sesuai dengan kodrat manusia, yaitu :
a) manusia menurut sifat dasamya adalah mahluk moral
b)ada aturan-aturan yang berdiri sendiri yang hams dipatuhi manusia untuk mewujudkan
dirinya sendiri sebagai pelaku moral tersebut.
Pada hakekatnya, pemulihan nama baik adalah kesadaran manusia akan segala kesalahannya; bahwa apa yang diperbuatnya tidak sesuai dengan ukuran moral atau tidak sesuai dengan ahlak.
PEMBALASAN
Pembalasan ialah suatu reaksi atas perbuatan orang lain. reaksi itu dapat berupa perbuatan yang seimbang, tingkah laku yang serupa, tingkah laku yang seimbang. Pembalasan disebabkan oleh adanya pergaulan. Pergaulan yang bersahabat mendapat balasan yang bersahabat. Sebaliknya, pergaulan yang penuh kecurigaan menimbulkan balasan yang tidak bersahabat pula.
Pada dasarnya, manusia adalah mahluk moral dan mahluk sosial. Dalam bergaul, manusia harus mematuhi norma-norma untuk mewujudkan moral itu. Bila manusia berbuat amoral, lingkunganlah yang menyebabkannya. Perbuatan amoral pada hakekatnya adalah pebuatan yang melanggar atau mempeikosa hak dan kewajiban manusia lain.
Oleh karena tiap manusia tidak menghendaki hak dan kewajibannya dilanggar atau diperkosa, maka manusia berusaha mempertahankan hak dan kewajibannya itu. Mempertahankan hak dan kewajiban itu adalah pembalasan.
KEADILAN SOSIAL
Pada sila kelima Pancasila, berbunyi : "keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia."
Dimana dalam dokumen Pancasila terdapat prinsip kesejahteraan sebagai salah satu dasar negara. Selanjutnya prinsip itu dijelaskan sebagai prinsip "tidak ada kerniskinan di dalam Indonesia merdeka".Usul dan penjelasan itu nampak adanya pembauran pengertian kesejahteraan dan keadilan.
Selanjutnya untuk mewujudkan keadilan sosial itu, diperlukan perbuatan sebagai berikut:
1) perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan.
2) Sikap adil terhadap sesarna, menjaaga keseimbangan antara hak dan kewajiban serta
menghonnati hak-hak orang lain.
3) sikap suka memberi pertolongan kepada orang yang memerlukan
4) sikap suka bekerja kerns
5) sikap menghargai hasil karya orang lain yang bemianfaat untuk mencapai kemajuan dan
kesejahteraan bersama
Keadilan dan ketidak adilan tidak dapat dipisahkan dalarn kehidupan manusia karena dalam hidupnya manusia menghadapi keadilan / ketidakadilan setiap hari. Oleh karena itu keadilan dan ketidakadilan, menimbulkan daya kreativitas manusia. Banyak hasil seni lahir dari imajinasi ketidakadilan, seperti drama, puisi, novel, musik dan lain-lain.
BERBAGAI MACAM KEADILAN
1. Keadilan legal atau keadilan moral
Keadilan ini timbul dengan sendirinya karena penyatuan dan penyesuaian agar terwujud hubungan sesama manusia yang harmonis satu sama lain.dapat disebut legal karna tanpa kesepakatan tertulis maupun tidak keadilan moral harus terus berjalan untuk keharmonisan hidup bersama.jika tidak dilakukan akan terjadi kekacauan dalam masyarakat,misalnya/contohnya seorang buruh bangunan yang ikut mencampuri urusan kantor yang dibangunnya, agar tidak terjadi kekecewaan dari kliennya terhadap hasil bangunannya.
2. Keadilan distributive
Keadilan distributif atau dengan kata lain keadilan dalam segala macam pembagian.
Contoh senderhananya yaitu pengajar les yang telah mengajar sebulan dan yang mengajar dua bulan harus dibedakan gajinya meski mereka mengajar mata pelajaran yang sama.
3. Keadilan komutatif
Tujuan dari keadilanini adalah untuk menjaga ketertiban masyarakat dan juga kesejahteraan umum.
Semua tindakan yang telihat adil ternyata menjadi ketidakadilan dan merusak pertalian antara manusia lainnya.
Dalam hal lain Kejujuran juga memiliki peranan penting dalam hubungan manusia dan keadilan.
Jika manusia mengutamakan kejujuran dalam hidupnya maka ia telah berbuat kebenaran. Kejujuran akan menunjang seseorang dalam berprilaku adil tanpa ada yang ditutup-tutupi.
Maka dapat disimpulkan bahwa manusia hidup memerlukan keadilan dan keadilan dapat ditunjang dengan sikap manusia yang jujur.
http://filsafat.kompasiana.com/2010/04/28/manusia-dan-keadilan/
(dengan perubahan)
Senin, 22 November 2010
MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP
LATAR BELAKANG
Dua kekayaan manusia yang paling utama ialah “Akal dan Budi” atau disebut pikiran dan perasaan. Disatu sisi akal dan budi atau pikiran dan perasaan tersebut telah memungkinkan munculnya tuntutan-tuntutan hidup manusia yang lebih daripada tuntutan hidup makhluk lain.
Disisi lain akal dan budi memungkinkan munculnya karya-karya manusia yang sampai kapanpun tidak pernah akan dapat dihasilkan oleh makhluk lain. Cipta, karsa, dan rasa pada manusia yakni sebagai buah akal budinya terus melaju tanpa henti, dimana berusaha menciptakan benda-benda baru untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Baik yang bersifat jasmani maupun rohani. Dari proses ini maka lahirlah apa yang disebut kebudayaan dan pandangan terhadap hidup. Jadi, kebudayaan dan pandangan terhadap hidup ini tidak lain adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi manusia. Dalam pikiran dan perasaan manusia, ada beberapa faktor yang membuat manusia sebagai makhluk yang berakal, yaitu :
1. Pandangan Hidup
Pandangan Hidup merupakan suatu dasar atau landasan untuk membimbing kehidupan jasmani dan rohani. Pandangan hidup ini sangat bermanfaat bagi kehidupan individu, masyarakat, atau negara. Semua perbuatan, tingkah laku dan aturan serta undang-undang harus merupakan pancaran dari pandangan hidup yang telah dirumuskan.
Pandangan hidup sering disebut filsafat hidup. Filsafat berarti cinta akan kebenaran, sedangkan kebenaran dapat dicapai oleh siapa saja. Hal inilah yang mengakibatkan pandangan hidup itu perlu dimiliki oleh semua orang.Setiap orang, baik dari tingkatan yang paling rendah sampai dengan tingkatan yang paling tinggi, mempunyai cita-cita hidup. Hanya kadar cita-citanya sajalah yang berbeda. Bagi orang yang kurang kuat imannya ataupun kurang luas wawasannya, apabila gagal mencapai cita-cita, tindakannya biasanya mengarah pada hal-hal yang bersifat negative,seperti mudah menyerah, putus asa.
Pandangan hidup yang teguh merupakan pelindung seseorang. Dengan memegang teguh pandangan hidup yang diyakini, seseorang tidak akan bertindak sesuka hatinya. Ia tidak akan gegabah bila menghadapi masalah, hambatan, tantangan dan gangguan, serta kesulitan yang dihadapinya dan biasanya orang akan selalu ingat, taat, kepada Sang Pencipta bila sedang dirudung kesusahan. Namun, bila manusia sedang dalam keadaan senang, bahagia, serta kecukupan, mereka lupa akan pandangan hidup yang diikutinya dan berkurang rasa pengabdiannya kepada Sang Pencipta. Hal ini disebabkan oleh beberapa factor, yaitu :
1. Kurangnya penghayatan pandangan hidup yang diyakini.
2. Kurangnya keyakinan pandangan hidupnya.
3. Kurang memahami nilai dan tuntutan yang terkandung dalam pandangan hidupnya.
4. Kurang mampu mengatasi keadaan sehingga lupa pada tuntutan hidup yang ada dalam pandangan hidupnya.
5. Atau sengaja melupakannya demi kebutuhan diri sendiri.
Pandangan hidup tidak sama dengan cita-cita. Sekalipun demikian, pandangan hidup sangat erat sekali hubungannya dengan cita-cita. Pandangan hidup merupakan bagian dari hidup manusia yang dapat mencerminkan cita-cita atau aspirasi seseorang dan sekelompok orang atau masyarakat.
Pandangan hidup merupakan sesuatu yang sulit untuk dikatakan, sebab terkadang pandangan hidup hanya merupakan suatu idealisme belaka yang mengikuti kebiasaan berpikir didalam masyarakat.Ada seorang ahli yang berpendapat bahwa pandangan hidup itu bersifat elastis. Maksudnya bergantung pada situasi dan kondisi serta tidak selamanya bersifat positif.
Pandangan hidup yang sudah diterima oleh sekelompok orang biasanya digunakan sebagai pendukung suatu organisasi disebut ideology. Pandangan hidup dapat menjadi pegangan, bimbingan, tuntutan seseorang ataupun masyarakat dalam menempuh jalan hidupnya menuju tujuan akhir.
2. Cita-Cita
Pandangan hidup terdiri atas cita-cita, kebajikan dan sikap hidup. Cita-cita, kebajikan dan sikap hidup itu tak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Dalam kehidupannya manusia tidak dapat melepas diri dari cita-cita, kebajikan dan sikap hidup itu. Tidak ada orang hidup tanpa cita-cita, tanpa berbuat kebajikan, dan tanpa sikap hidup. Sudah tentu kadar atau tingkat cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup itu berbeda-beda bergantung kepada pendidikan, pergaulan, dan lingkungan masing-masing.
Cita-cita itu adalah perasaan hati yang merupakan suatu keinginan yang ada dalam hati. Cita-cita sering kali diartikan sebagai angan-angan, keinginan, kemauan, niat atau harapan. Cita-cita itu penting bagi manusia, karena adanya cita-cita menandakan kedinamikan manusia.
Ada tiga kategori keadaan hati seseorang yakni lunak, keras,dan lemah, seperti :
• Orang yang berhati keras, biasanya tak berhenti berusaha sebelum cita-citanya tercapai. Ia tidak menghiraukan rintangan, tantangan, dan segala esulitan yang dihadapinya. Orang dengan sifat seperti ini biasanya juga mencapai hasil yang gemilang dan sukses hidupnya.
• Orang berhati lunak biasanya dalam usaha mencapai cita-citanya menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi. Namun ia tetap berusaha mencapai cita-cita itu. Karena, biarpun lambat ia akan berhasil juga mencapai cita-citanya.
• Orang yang berhati lemah biasanya mudah terpengaruh oleh situasi dan kondisi. Bila menghadapi kesulitan cepat-cepat ia berganti haluan dan berganti keinginan atau biasa disebut dengan orang yang tidak memiliki pendirian( plin-plan).
3. Kebajikan
Kebajikan atau kebaikan pada hakikatnya adalah perbuatan moral, perbuatan yang sesuai dengan norma-norma agama atau etika. Manusia berbuat baik, karena menurut kodratnya manusia itu baik dan makhluk bermoral. Atas dorongan suara hatinya manusia cenderung berbuat baik. Ada tiga segi kebajikan, antara lain:
a. Manusia sebagai pribadi, Yang menentukan baik-buruknya sikap adalah suara hati. Suara hati itu semacam bisikan dalam hati untuk menimbang perbuatan baik atau tidak. Jadi suara hati itu merupakan hakim terhadap diri sendiri. Suara hati sebenarnya telah memilih yang baik, namun manusia seringkali tidak mau mendengarkan.
b. Manusia sebagai anggota masyarakat, Yang menentukan baik-buruknya adalah suara hati masyarakat. Suara hati manusia adalah baik, tetapi belum tentu suara hati masyarakat menganggap baik. Sebagai anggota masyarakat, manusia tidak dapat membebaskan diri dari kemasyarakatan, karena manusia adalah makhluk sosial.
c. Manusia sebagai makhluk tuhan, manusia pun harus mendengarkan suara hati Tuhan. Suara Tuhan selalu membisikkan agar manusia berbuat baik. Jadi, untuk mengukur perbuatan baik dan buruk, harus kita dengar pula suara Tuhan atau Kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan berbentuk Hukum Tuhan atau Hukum agama.
Jadi, kebajikan itu adalah perbuatan yang selaras dengan suara hati kita, suara hati masyarakat, dan Hukum Tuhan. Kebajikan berarti berkata sopan, santun, berbahasa baik, bertingkah laku baik, ramah-tamah terhadap siapapun, berpakaian sopan agar tidak merangsang bagi yang melihatnya.
Namun ada pula kebajikan semu, yaitu kejahatan yang berselubung kebajikan. Kebajikan semu ini sangat berbahaya, karena pelakunya orang-orang munafik yang bermaksud mencari keuntungan diri sendiri dari kelemahan orang lain.
4. Sikap Hidup
Sikap hidup ialah keadaan hati dalam menghadapi hidup ini. Apakah kita mempunyai sikap yang positif atau yang negatif. Apakah kita mempunyai sikap optimis atau pesimis? Atau apakah kita mempunyai sikap yang apatis?.
Sikap itu ada didalam hati kita dan hanya kitalah yang tahu.orang lain hanya baru tahu setelah kita bertindak. Sikap itu penting, setiap manusia mempunyai sikap dan sudah tentu tiap-tiap orang berbeda sikapnya. Sikap dapat dibentuk sesuai kemauan yang membentuknya.
Sikap dapat juga berubah karena situasi, kondisi, dan lingkungan. Dalam menghadapi kehidupan, manusia selalu menghadapi manusia lain atau menghadapi sekelompok manusia. Ada beberapa sikap etis dan non etis. Sikap etis disebut juga sikap positif, dan sikap non etis disebut juga sikap negatif.
Ada tujuh sikap etis, yaitu :
- sikap lincah - sikap arif
- sikap rendah hati - sikap berani
- sikap tenang - sikap halus
- dan sikap bangga
Sikap non etis atau sikap negatif, yaitu :
- sikap kaku - sikap takut
- sikap gugup - sikap kasar
- sikap angkuh - sikap dan sikap rendah diri
Sikap-sikap ini harus dijauhkan dari diri pribadi-pribadi., karena sangat merugikan baik bagi pribadi masing-masing maupun bagi kemajuan bangsa.
B. MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP
Akal dan budi sebagai milik manusia ternyata membawa ciri tersendiri akan diri manusia itu. Sebab akal dan budi mengakibatkan manusia memiliki keunggulan dibandingkan dengan makhluk lainnya. Satu diantar keunggulan manusia tersebut ialah pandangan hidup. Disatu pihak manusia menyadari bahwa dirinya lemah, dipihak lain manusia menyadari kehidupannya lebih kompleks.
Kesadaran akan kelemahan dirinya biasanya memaksa manusia mencari kekuatan diluar dirinya. Dengan kekuatan ini manusia berharap dapat terlindung dari ancaman-ancaman yang selalu mengintai dirinya, baik yang fisik maupun non fisik. Seperti penyakit, bencana alam, kegelisahan, ketakutan, dan sebagainya. Selain itu manusia sadar pula bahwa dibalik kehidupan ini ada kehidupan lain yang diyakini lebih abadi. Lebih yakin lagi bahwa kehidupan lain itu bahkan merupakan kehidupan yang sesungguhnya. Disana setiap manusia akan mempertanggung jawabkan apa yang dilakukan selama hidup didunia. Manusia tahu benar bahwa baik dan buruk itu akan memperoleh perhitungan, maka manusia akan selalu mencari sesuatu yang dapat menuntunnya kearah kebaikan.
Akhirnya manusia menemukan apa yang disebut “ sesuatu dan kekuatan diluar dirinya “. Ternyata keduanya adalah “ Agama dan Tuhan “. Dengan demikian bahwa pandangan hidup merupakan masalah yang asasi bagi manusia. Sayangnya tidak semua manusia dapat memahaminya, sehingga banyak orang yang memeluk suatu agama semata-mata atas dasar keturunan. Akibatnya banyak orang yang beragama hanya pada lahirnya saja dan tidak sampai batinnya.
Ternyata, pandangan hidup sangat penting. Baik untuk kehidupan sekarang maupun kehidupan di akhirat. Dan sudah sepantasnya setiap manusia memilikinya. Maka pilihan pandangan hidup harus betul-betul berdasarkan pilihan akal bukan sekedar ikut-ikutan saja.
Perlu kita sadari bahwa baik Tuhan maupun agama bagi kita adalah suatu kebutuhan yang utama. Bukan kebutuhan sesaat seperti makan, minum, tidur, dan sebagainya. Melainkan kebutuhan yang terus menerus dan abadi. Sebab setiap saat kita memerlukan perlindungan Tuhan dan petunjuk agama sampai diakhir nanti.
http://isdstai.blogspot.com/2009/03/manusia-dan-pandangan-hidup.html(dengan perubahan)
Dua kekayaan manusia yang paling utama ialah “Akal dan Budi” atau disebut pikiran dan perasaan. Disatu sisi akal dan budi atau pikiran dan perasaan tersebut telah memungkinkan munculnya tuntutan-tuntutan hidup manusia yang lebih daripada tuntutan hidup makhluk lain.
Disisi lain akal dan budi memungkinkan munculnya karya-karya manusia yang sampai kapanpun tidak pernah akan dapat dihasilkan oleh makhluk lain. Cipta, karsa, dan rasa pada manusia yakni sebagai buah akal budinya terus melaju tanpa henti, dimana berusaha menciptakan benda-benda baru untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Baik yang bersifat jasmani maupun rohani. Dari proses ini maka lahirlah apa yang disebut kebudayaan dan pandangan terhadap hidup. Jadi, kebudayaan dan pandangan terhadap hidup ini tidak lain adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi manusia. Dalam pikiran dan perasaan manusia, ada beberapa faktor yang membuat manusia sebagai makhluk yang berakal, yaitu :
1. Pandangan Hidup
Pandangan Hidup merupakan suatu dasar atau landasan untuk membimbing kehidupan jasmani dan rohani. Pandangan hidup ini sangat bermanfaat bagi kehidupan individu, masyarakat, atau negara. Semua perbuatan, tingkah laku dan aturan serta undang-undang harus merupakan pancaran dari pandangan hidup yang telah dirumuskan.
Pandangan hidup sering disebut filsafat hidup. Filsafat berarti cinta akan kebenaran, sedangkan kebenaran dapat dicapai oleh siapa saja. Hal inilah yang mengakibatkan pandangan hidup itu perlu dimiliki oleh semua orang.Setiap orang, baik dari tingkatan yang paling rendah sampai dengan tingkatan yang paling tinggi, mempunyai cita-cita hidup. Hanya kadar cita-citanya sajalah yang berbeda. Bagi orang yang kurang kuat imannya ataupun kurang luas wawasannya, apabila gagal mencapai cita-cita, tindakannya biasanya mengarah pada hal-hal yang bersifat negative,seperti mudah menyerah, putus asa.
Pandangan hidup yang teguh merupakan pelindung seseorang. Dengan memegang teguh pandangan hidup yang diyakini, seseorang tidak akan bertindak sesuka hatinya. Ia tidak akan gegabah bila menghadapi masalah, hambatan, tantangan dan gangguan, serta kesulitan yang dihadapinya dan biasanya orang akan selalu ingat, taat, kepada Sang Pencipta bila sedang dirudung kesusahan. Namun, bila manusia sedang dalam keadaan senang, bahagia, serta kecukupan, mereka lupa akan pandangan hidup yang diikutinya dan berkurang rasa pengabdiannya kepada Sang Pencipta. Hal ini disebabkan oleh beberapa factor, yaitu :
1. Kurangnya penghayatan pandangan hidup yang diyakini.
2. Kurangnya keyakinan pandangan hidupnya.
3. Kurang memahami nilai dan tuntutan yang terkandung dalam pandangan hidupnya.
4. Kurang mampu mengatasi keadaan sehingga lupa pada tuntutan hidup yang ada dalam pandangan hidupnya.
5. Atau sengaja melupakannya demi kebutuhan diri sendiri.
Pandangan hidup tidak sama dengan cita-cita. Sekalipun demikian, pandangan hidup sangat erat sekali hubungannya dengan cita-cita. Pandangan hidup merupakan bagian dari hidup manusia yang dapat mencerminkan cita-cita atau aspirasi seseorang dan sekelompok orang atau masyarakat.
Pandangan hidup merupakan sesuatu yang sulit untuk dikatakan, sebab terkadang pandangan hidup hanya merupakan suatu idealisme belaka yang mengikuti kebiasaan berpikir didalam masyarakat.Ada seorang ahli yang berpendapat bahwa pandangan hidup itu bersifat elastis. Maksudnya bergantung pada situasi dan kondisi serta tidak selamanya bersifat positif.
Pandangan hidup yang sudah diterima oleh sekelompok orang biasanya digunakan sebagai pendukung suatu organisasi disebut ideology. Pandangan hidup dapat menjadi pegangan, bimbingan, tuntutan seseorang ataupun masyarakat dalam menempuh jalan hidupnya menuju tujuan akhir.
2. Cita-Cita
Pandangan hidup terdiri atas cita-cita, kebajikan dan sikap hidup. Cita-cita, kebajikan dan sikap hidup itu tak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Dalam kehidupannya manusia tidak dapat melepas diri dari cita-cita, kebajikan dan sikap hidup itu. Tidak ada orang hidup tanpa cita-cita, tanpa berbuat kebajikan, dan tanpa sikap hidup. Sudah tentu kadar atau tingkat cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup itu berbeda-beda bergantung kepada pendidikan, pergaulan, dan lingkungan masing-masing.
Cita-cita itu adalah perasaan hati yang merupakan suatu keinginan yang ada dalam hati. Cita-cita sering kali diartikan sebagai angan-angan, keinginan, kemauan, niat atau harapan. Cita-cita itu penting bagi manusia, karena adanya cita-cita menandakan kedinamikan manusia.
Ada tiga kategori keadaan hati seseorang yakni lunak, keras,dan lemah, seperti :
• Orang yang berhati keras, biasanya tak berhenti berusaha sebelum cita-citanya tercapai. Ia tidak menghiraukan rintangan, tantangan, dan segala esulitan yang dihadapinya. Orang dengan sifat seperti ini biasanya juga mencapai hasil yang gemilang dan sukses hidupnya.
• Orang berhati lunak biasanya dalam usaha mencapai cita-citanya menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi. Namun ia tetap berusaha mencapai cita-cita itu. Karena, biarpun lambat ia akan berhasil juga mencapai cita-citanya.
• Orang yang berhati lemah biasanya mudah terpengaruh oleh situasi dan kondisi. Bila menghadapi kesulitan cepat-cepat ia berganti haluan dan berganti keinginan atau biasa disebut dengan orang yang tidak memiliki pendirian( plin-plan).
3. Kebajikan
Kebajikan atau kebaikan pada hakikatnya adalah perbuatan moral, perbuatan yang sesuai dengan norma-norma agama atau etika. Manusia berbuat baik, karena menurut kodratnya manusia itu baik dan makhluk bermoral. Atas dorongan suara hatinya manusia cenderung berbuat baik. Ada tiga segi kebajikan, antara lain:
a. Manusia sebagai pribadi, Yang menentukan baik-buruknya sikap adalah suara hati. Suara hati itu semacam bisikan dalam hati untuk menimbang perbuatan baik atau tidak. Jadi suara hati itu merupakan hakim terhadap diri sendiri. Suara hati sebenarnya telah memilih yang baik, namun manusia seringkali tidak mau mendengarkan.
b. Manusia sebagai anggota masyarakat, Yang menentukan baik-buruknya adalah suara hati masyarakat. Suara hati manusia adalah baik, tetapi belum tentu suara hati masyarakat menganggap baik. Sebagai anggota masyarakat, manusia tidak dapat membebaskan diri dari kemasyarakatan, karena manusia adalah makhluk sosial.
c. Manusia sebagai makhluk tuhan, manusia pun harus mendengarkan suara hati Tuhan. Suara Tuhan selalu membisikkan agar manusia berbuat baik. Jadi, untuk mengukur perbuatan baik dan buruk, harus kita dengar pula suara Tuhan atau Kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan berbentuk Hukum Tuhan atau Hukum agama.
Jadi, kebajikan itu adalah perbuatan yang selaras dengan suara hati kita, suara hati masyarakat, dan Hukum Tuhan. Kebajikan berarti berkata sopan, santun, berbahasa baik, bertingkah laku baik, ramah-tamah terhadap siapapun, berpakaian sopan agar tidak merangsang bagi yang melihatnya.
Namun ada pula kebajikan semu, yaitu kejahatan yang berselubung kebajikan. Kebajikan semu ini sangat berbahaya, karena pelakunya orang-orang munafik yang bermaksud mencari keuntungan diri sendiri dari kelemahan orang lain.
4. Sikap Hidup
Sikap hidup ialah keadaan hati dalam menghadapi hidup ini. Apakah kita mempunyai sikap yang positif atau yang negatif. Apakah kita mempunyai sikap optimis atau pesimis? Atau apakah kita mempunyai sikap yang apatis?.
Sikap itu ada didalam hati kita dan hanya kitalah yang tahu.orang lain hanya baru tahu setelah kita bertindak. Sikap itu penting, setiap manusia mempunyai sikap dan sudah tentu tiap-tiap orang berbeda sikapnya. Sikap dapat dibentuk sesuai kemauan yang membentuknya.
Sikap dapat juga berubah karena situasi, kondisi, dan lingkungan. Dalam menghadapi kehidupan, manusia selalu menghadapi manusia lain atau menghadapi sekelompok manusia. Ada beberapa sikap etis dan non etis. Sikap etis disebut juga sikap positif, dan sikap non etis disebut juga sikap negatif.
Ada tujuh sikap etis, yaitu :
- sikap lincah - sikap arif
- sikap rendah hati - sikap berani
- sikap tenang - sikap halus
- dan sikap bangga
Sikap non etis atau sikap negatif, yaitu :
- sikap kaku - sikap takut
- sikap gugup - sikap kasar
- sikap angkuh - sikap dan sikap rendah diri
Sikap-sikap ini harus dijauhkan dari diri pribadi-pribadi., karena sangat merugikan baik bagi pribadi masing-masing maupun bagi kemajuan bangsa.
B. MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP
Akal dan budi sebagai milik manusia ternyata membawa ciri tersendiri akan diri manusia itu. Sebab akal dan budi mengakibatkan manusia memiliki keunggulan dibandingkan dengan makhluk lainnya. Satu diantar keunggulan manusia tersebut ialah pandangan hidup. Disatu pihak manusia menyadari bahwa dirinya lemah, dipihak lain manusia menyadari kehidupannya lebih kompleks.
Kesadaran akan kelemahan dirinya biasanya memaksa manusia mencari kekuatan diluar dirinya. Dengan kekuatan ini manusia berharap dapat terlindung dari ancaman-ancaman yang selalu mengintai dirinya, baik yang fisik maupun non fisik. Seperti penyakit, bencana alam, kegelisahan, ketakutan, dan sebagainya. Selain itu manusia sadar pula bahwa dibalik kehidupan ini ada kehidupan lain yang diyakini lebih abadi. Lebih yakin lagi bahwa kehidupan lain itu bahkan merupakan kehidupan yang sesungguhnya. Disana setiap manusia akan mempertanggung jawabkan apa yang dilakukan selama hidup didunia. Manusia tahu benar bahwa baik dan buruk itu akan memperoleh perhitungan, maka manusia akan selalu mencari sesuatu yang dapat menuntunnya kearah kebaikan.
Akhirnya manusia menemukan apa yang disebut “ sesuatu dan kekuatan diluar dirinya “. Ternyata keduanya adalah “ Agama dan Tuhan “. Dengan demikian bahwa pandangan hidup merupakan masalah yang asasi bagi manusia. Sayangnya tidak semua manusia dapat memahaminya, sehingga banyak orang yang memeluk suatu agama semata-mata atas dasar keturunan. Akibatnya banyak orang yang beragama hanya pada lahirnya saja dan tidak sampai batinnya.
Ternyata, pandangan hidup sangat penting. Baik untuk kehidupan sekarang maupun kehidupan di akhirat. Dan sudah sepantasnya setiap manusia memilikinya. Maka pilihan pandangan hidup harus betul-betul berdasarkan pilihan akal bukan sekedar ikut-ikutan saja.
Perlu kita sadari bahwa baik Tuhan maupun agama bagi kita adalah suatu kebutuhan yang utama. Bukan kebutuhan sesaat seperti makan, minum, tidur, dan sebagainya. Melainkan kebutuhan yang terus menerus dan abadi. Sebab setiap saat kita memerlukan perlindungan Tuhan dan petunjuk agama sampai diakhir nanti.
http://isdstai.blogspot.com/2009/03/manusia-dan-pandangan-hidup.html(dengan perubahan)
MANUSIA DAN PENDERITAAN
1. PENGERTIAN
Penderitaan berasal dari kata derita, dimana kata derita berasal dari bahasa sansekerta yang artinya menahan dan menanggung. Derita adalah menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Intensitas penderitaan memiliki tingkatan tertentu mulai dari yang ringan hingga yang berat, tetapi peranan dari setiap individu atau manusia juga dapat menentukan intensitas penderitaan. Terkadang suatu kejadian atau peristiwa dapat dianggap penderitaan oleh seseorang tetapi belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Suatu penderitaan dapat pula menjadi sebuah energy untuk bangkit bagi seseorang atau langkah awal untuk mencapai kebahagiaan dan kenikmatan.
Penderitaan dapat dialami oleh semua orang, dimana itu merupakan “risiko” kehidupan. Tuhan memberikan kesenangan atau kebahagiaan dan memberikan penderitaan atau kesedihan kepada umatnya, agar manusia sadar untuk tidak melupakan diri-Nya. Pada umumnya manusia sudah diberikan tanda, hanya tinggal mampukah manusia tanggap terhadap peringatan yang diberikan-Nya? Tanda demikian dapat berupa mimpi atau melalui membaca Koran tentang terjadinya penderitaan. Bagi manusia yang tebal imannya musibah yang dialami akan cepat menyadarkan dirinya untuk bertobat kepada-Nya dan bersikap pasrah akan nasib yang ditentukan Tuhan atas dirinya. Dalam kepasrahan demikian akan diperoleh kedamaian dalam hatinya, sehingga secara bertahap akan berkurang penderitaan yang dialaminya dan akhirnya masih dapat bersyukur bahwa Tuhan tidak memberikan cobaan yang lebih berat dari yang dialaminya.
Berbagai kasus penderitaan terdapat dalam kehidupan, bagaimana manusia menghadapi penderitaan dalam kehidupannya? Dalam hal ini Penderitaan fisik yang dialami setiap manusia tentu akan diatasi secara medis untuk mengurangi atau menyembuhkannya. Sedangkan penderitaan psikis, dalam menyembuhkannya terletak pada kemampuan si penderita dalam menyelesaikan soal-soal psikis yang dihadapinya, dan para ahli lebih banyak membantu saja. Semua hal tersebut merupakan “risiko” karena seseorang mau hidup, jadi enak atau tidak enak, bahagia atau sengsara merupakan masalah yang wajib diatasi.
2. SIKSAAN
Siksaan biasa diartikan dalam siksaan badan atau jasmani dan siksaan rohani atau jiwa, dari siksaan yang dialami oleh seseorang maka timbul penderitaan. Siksaan yang dialami manusia dalam kehidupan sehari-hari banyak terjadi dan banyak dibaca dalam berbagai media massa.
Siksaan yang sifatnya psikis contohnya kebimbangan, ketakutan dan kesepian.
Kebimbangan : Dapat dialami oleh seseorang saat tidak dapat menentukan pilihan yang terbaik untuk dirinya. Akibat dari kebimbangan seseorang adalah orang tersebut berada dalam keadaan yang tidak menentu, hingga orang tersebut merasa tersiksa dalam hidupnya. Bagi orang yang lemah cara berpikirnya, kebimbangan yang muncul akan lama dialaminya, hingga menjadi siksaan yang berkepanjangan. Tetapi bagi orang yang kuat cara berpikirnya, maka akan cepat mengambil keputusan, hingga kebimbangan yang ada akan cepat diatasi.
Ketakutan : Cara lain untuk menimbulkan siksaan batin. Jika muncul rasa takut yang berlebihan yang tidak sesuai dengan tempat, disebut Phobia. Banyak sebab orang merasa ketakutan, yaitu:
-Berada di tempat tinggi (Gamang)
-Kegelapan
-Kegagalan
-Ditempat terbuka
-Kesakitan
Kesepian : Dalam hal ini kesepian yang dialami bukan kesepian yang berasal dari lingkungan melainkan berasal dari hati seseorang yang merasa kesepian. Sama seperti kebimbangan, kesepian harus cepat diatasi agar seseorang tidak terus menerus merasakan penderitaan batin. Manusia adalah makhluk homo socius, untuk menghilangkan rasa kesepian maka harus cepat mencari sahabat yang dapat diajak berkomunikasi.
3. KEKALUTAN MENTAL
Kekalutan mental adalah penderitaan batin, dimana dapat diartikan kedalam gangguan kejiwaan dimana seseorang tidak dapat menghadapi persoalan yang harus diatasi sendiri, hingga dapat menimbulkan tingkah laku yang kurang wajar.
Gejala-gejala bagi seseorang yang mengalami kekalutan mental:
Sering merasakan pusing, demam, nyeri pada lambung, dan sesak nafas (pada jasmani)
Takut, mudah marah, cemas, cemburu, apatis, patah hati (pada jiwa)
Tahap-tahap gangguan kejiwaan:
Muncul gejala-gejala kehidupan baik rohani maupun jasmani.
Selalu lari dari permasalahan, tidak pernah dapat menyelesaikan msalahnya.
Muncul kekalutan dan akhirnya yang bersangkutan mengalami gangguan.
Proses kekalutan mental dapat merubah seseorang ke dua arah yaitu:
Positif
Negatif
Dalam proses menuju negative maka akan mucul frustasi, dimana frustasi tersebut terbagi kedalam beberapa bentuk yaitu:
Agresi : Kemarahan yang muncul akibat dari emosi yang tidak terkendali, dimana dapat mengakibatkan terjadinya hipertensi atau tindakan yang membahayakan orang lain.
Regresi : Reaksi yang bersifat kekanak-kanakan, misalnya menangis sampai meraung-raung, memecahkan barang, berteriak.
Fiksasi : Reaksi yang timbul dengan melukai diri sendiri, misalnya membenturkan kepala pada benda keras.
Proyeksi : Melemparkan kelemahan sendiri pada orang lain.
Identifikasi : Menyamakan diri dengan seseorang yang lebih baik dari diri sendiri dalam imaginasi.
Narsisme : Dimana mencintai diri sendiri secara berlebihan, hingga merasa bahwa dirinya lebih baik daripada orang lain.
Autisme : Menutup diri dari dunia rill, dimana orang tersebut puas akan fantasinya sendiri yang akhirnya dapat pula menjurus ke sifat yang sinting.
Penderita kekalutan mental banyak terdapat di lingkungan seperti:
Kota-kota besar
Wanita
Orang yang tidak beragama
Anak-anak muda
Orang yang terlalu mencintai materi
Penderitaan atau siksaan yang dialami manusia memang sebuah beban yang berat, hingga membuat dunia menjadi neraka dalam kehidupannya. Bagi manusia yang tidak mampu lebih lama menderita, maka akn terlontar kata-kata “lebih baik mati daripada hidup” dengan kematian maka penderitaan yang dialami oleh manusia tersebut berakhir pula, akhirnya manusia yang terlalu menderita dan putus asa selalu memakai jalan pintas dengan cara bunuh diri.
4. PENDERITAAN DAN PERJUANGAN
Penderitaan adalah bagian dari kehidupan manusia yang bersifat kodrat, jadi terserah pada manusia itu sendiri dalam mengurangi atau menghilangkan penderitaan semaksimal mungkin. Manusia adalah makhluk yang berbudaya, dengan menggunakan budayanya, manusia akan berusaha untuk mengatasi penderitaan yang dialaminya. Hal tersebut dapat membuat manusia itu menjadi kreatif, baik bagi penderita ataupun orang lain yang mengamati penderitaan.
Penderitaan disebut sebagai kodrat manusia, maksudnya sudah menjadi konsekwensi manusia hidup, dimana ditakdirkan bukan hanya untuk kebahagiaan tetapi juga menderita. Oleh sebab itu manusia hidup tidak boleh pesimis, tetapi harus selalu optimis dimana manusia itu sendiri harus mengatasi kesulitan dalam kehidupan.
Pembebasan dari penderitaan yaitu meneruskan kelangsungan hidup, dengan cara berjuang menghadapi tantangan hidup dalam masyarakat sekitar, alam lingkungan dengan waspada dan juga harus disertai dengan doa kepada Tuhan agar terhindar dari bahaya dan malapetaka. Kelalaian manusisa adalah sumber malapetaka yang dapat menimbulkan penderitaan. Penderitaan yang dialami sendiri oleh manusia yang bersangkutan dapat juga dialami oleh orang lain.
5. PENDERITAAN, MEDIA MASSA DAN SENIMAN
Dalam dunia modern seperti saat ini dapat terjadi penderitaan yang lebih besar, hal tersebut dapat dibuktikan dengan kemajuan teknologi dan sebagainya menyejahterakan manusia dan sebagian lainnya membuat manusia mengalami penderitaan. Pembuatan pabrik senjata, bom atom, peluru kendali, pabrik bahan kimia adalah sumber terjadinya penderitaan manusia. Beberapa sebab lain yang menyebabkan timbulnya penderitaan manusia adalah kecelakaan, bencana perang, dan bencana alam.
Berita yang menyangkut penderitaan manusia silih berganti mengisi layar tv, Koran dan pesawat radio, dengan tujuan agar orang yang menyaksikan dapat ikut merasakan dari jauh penderitaan manusia dan dapat menggugah hati manusia untuk berbuat sesuatu. Media massa adalah alat yang paling tepat untuk mengkomunikasikan kejadian penderitaan manusia secara cepat kepada seluruh masyarakat, dengan begitu masyarakat dapat menilai untuk menentukan sikap antara sesama terutama bagi yang merasa simpati. Tapi tidak kalah pentingnya komunikasi yang dilakukan para seniman melalui karya seni, hingga para pembaca atau penonton dapat menghayati penderitaan sekaligus keindahan karya seni.
6. PENDERITAAN DAN SEBABNYA
Penderitaan manusia secara sederhana dapat dikelompokkan berdasarkan sebab timbulnya, yaitu:
Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia.
Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia dapat terjadi dalam hubungan dengan sesame manusia dan hubungan dengan alam sekitar. Penderitaan tersebut biasa disebut nasib buruk. Perbedaan nsaib buruk dengan takdir adalah kalau takdir berarti Tuhan yang menentukan sedangkan nasib buruk manusialah yang menyebabkannya.
Penderitaan yang timbul karena penyakit
7. PENGARUH PENDERITAAN
Orang yang mengalami penderitaan akan memperoleh pengaruh bermacam-macam, sikap yang timbul dapat berupa sikap positif atau sikap negative. Sikap negative maksudnya penyesalan karena tidak bahagia, kecewa, putus asa dan ingin bunuh diri. Kelanjutan dari sikap negative, dapat muncul sikap anti seperti tidak punya gairah hidup. Sikap positif adalah sikap optimis dalam mengatasi penderitaan hidup, yaitu hidup bukanlah rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan dalam membebaskan diri dari penderitaan dan penderitaan tersebut hanyalah sebuah bagian dari kehidupan. Sikap positif biasanya tidak akan mudah menyerah dan kreatif.
Apabila sikap positif dan sikap negative dikomunikasikan oleh para seniman kepada para pembaca atau penonton, maka para pembaca atau penonton akan memberikan penilaian yang dapat berupa kemauan untuk mengadakan perubahan nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat dengan tujuan untuk memperbaiki keadaan. Keadaan yang sudah tak sesuai dapat ditinggalkan dan diganti dengan keadaan yang lebih sesuai, dimana keadaan yang berupa hambatan harus segera disingkirkan.
Penderitaan berasal dari kata derita, dimana kata derita berasal dari bahasa sansekerta yang artinya menahan dan menanggung. Derita adalah menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Intensitas penderitaan memiliki tingkatan tertentu mulai dari yang ringan hingga yang berat, tetapi peranan dari setiap individu atau manusia juga dapat menentukan intensitas penderitaan. Terkadang suatu kejadian atau peristiwa dapat dianggap penderitaan oleh seseorang tetapi belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Suatu penderitaan dapat pula menjadi sebuah energy untuk bangkit bagi seseorang atau langkah awal untuk mencapai kebahagiaan dan kenikmatan.
Penderitaan dapat dialami oleh semua orang, dimana itu merupakan “risiko” kehidupan. Tuhan memberikan kesenangan atau kebahagiaan dan memberikan penderitaan atau kesedihan kepada umatnya, agar manusia sadar untuk tidak melupakan diri-Nya. Pada umumnya manusia sudah diberikan tanda, hanya tinggal mampukah manusia tanggap terhadap peringatan yang diberikan-Nya? Tanda demikian dapat berupa mimpi atau melalui membaca Koran tentang terjadinya penderitaan. Bagi manusia yang tebal imannya musibah yang dialami akan cepat menyadarkan dirinya untuk bertobat kepada-Nya dan bersikap pasrah akan nasib yang ditentukan Tuhan atas dirinya. Dalam kepasrahan demikian akan diperoleh kedamaian dalam hatinya, sehingga secara bertahap akan berkurang penderitaan yang dialaminya dan akhirnya masih dapat bersyukur bahwa Tuhan tidak memberikan cobaan yang lebih berat dari yang dialaminya.
Berbagai kasus penderitaan terdapat dalam kehidupan, bagaimana manusia menghadapi penderitaan dalam kehidupannya? Dalam hal ini Penderitaan fisik yang dialami setiap manusia tentu akan diatasi secara medis untuk mengurangi atau menyembuhkannya. Sedangkan penderitaan psikis, dalam menyembuhkannya terletak pada kemampuan si penderita dalam menyelesaikan soal-soal psikis yang dihadapinya, dan para ahli lebih banyak membantu saja. Semua hal tersebut merupakan “risiko” karena seseorang mau hidup, jadi enak atau tidak enak, bahagia atau sengsara merupakan masalah yang wajib diatasi.
2. SIKSAAN
Siksaan biasa diartikan dalam siksaan badan atau jasmani dan siksaan rohani atau jiwa, dari siksaan yang dialami oleh seseorang maka timbul penderitaan. Siksaan yang dialami manusia dalam kehidupan sehari-hari banyak terjadi dan banyak dibaca dalam berbagai media massa.
Siksaan yang sifatnya psikis contohnya kebimbangan, ketakutan dan kesepian.
Kebimbangan : Dapat dialami oleh seseorang saat tidak dapat menentukan pilihan yang terbaik untuk dirinya. Akibat dari kebimbangan seseorang adalah orang tersebut berada dalam keadaan yang tidak menentu, hingga orang tersebut merasa tersiksa dalam hidupnya. Bagi orang yang lemah cara berpikirnya, kebimbangan yang muncul akan lama dialaminya, hingga menjadi siksaan yang berkepanjangan. Tetapi bagi orang yang kuat cara berpikirnya, maka akan cepat mengambil keputusan, hingga kebimbangan yang ada akan cepat diatasi.
Ketakutan : Cara lain untuk menimbulkan siksaan batin. Jika muncul rasa takut yang berlebihan yang tidak sesuai dengan tempat, disebut Phobia. Banyak sebab orang merasa ketakutan, yaitu:
-Berada di tempat tinggi (Gamang)
-Kegelapan
-Kegagalan
-Ditempat terbuka
-Kesakitan
Kesepian : Dalam hal ini kesepian yang dialami bukan kesepian yang berasal dari lingkungan melainkan berasal dari hati seseorang yang merasa kesepian. Sama seperti kebimbangan, kesepian harus cepat diatasi agar seseorang tidak terus menerus merasakan penderitaan batin. Manusia adalah makhluk homo socius, untuk menghilangkan rasa kesepian maka harus cepat mencari sahabat yang dapat diajak berkomunikasi.
3. KEKALUTAN MENTAL
Kekalutan mental adalah penderitaan batin, dimana dapat diartikan kedalam gangguan kejiwaan dimana seseorang tidak dapat menghadapi persoalan yang harus diatasi sendiri, hingga dapat menimbulkan tingkah laku yang kurang wajar.
Gejala-gejala bagi seseorang yang mengalami kekalutan mental:
Sering merasakan pusing, demam, nyeri pada lambung, dan sesak nafas (pada jasmani)
Takut, mudah marah, cemas, cemburu, apatis, patah hati (pada jiwa)
Tahap-tahap gangguan kejiwaan:
Muncul gejala-gejala kehidupan baik rohani maupun jasmani.
Selalu lari dari permasalahan, tidak pernah dapat menyelesaikan msalahnya.
Muncul kekalutan dan akhirnya yang bersangkutan mengalami gangguan.
Proses kekalutan mental dapat merubah seseorang ke dua arah yaitu:
Positif
Negatif
Dalam proses menuju negative maka akan mucul frustasi, dimana frustasi tersebut terbagi kedalam beberapa bentuk yaitu:
Agresi : Kemarahan yang muncul akibat dari emosi yang tidak terkendali, dimana dapat mengakibatkan terjadinya hipertensi atau tindakan yang membahayakan orang lain.
Regresi : Reaksi yang bersifat kekanak-kanakan, misalnya menangis sampai meraung-raung, memecahkan barang, berteriak.
Fiksasi : Reaksi yang timbul dengan melukai diri sendiri, misalnya membenturkan kepala pada benda keras.
Proyeksi : Melemparkan kelemahan sendiri pada orang lain.
Identifikasi : Menyamakan diri dengan seseorang yang lebih baik dari diri sendiri dalam imaginasi.
Narsisme : Dimana mencintai diri sendiri secara berlebihan, hingga merasa bahwa dirinya lebih baik daripada orang lain.
Autisme : Menutup diri dari dunia rill, dimana orang tersebut puas akan fantasinya sendiri yang akhirnya dapat pula menjurus ke sifat yang sinting.
Penderita kekalutan mental banyak terdapat di lingkungan seperti:
Kota-kota besar
Wanita
Orang yang tidak beragama
Anak-anak muda
Orang yang terlalu mencintai materi
Penderitaan atau siksaan yang dialami manusia memang sebuah beban yang berat, hingga membuat dunia menjadi neraka dalam kehidupannya. Bagi manusia yang tidak mampu lebih lama menderita, maka akn terlontar kata-kata “lebih baik mati daripada hidup” dengan kematian maka penderitaan yang dialami oleh manusia tersebut berakhir pula, akhirnya manusia yang terlalu menderita dan putus asa selalu memakai jalan pintas dengan cara bunuh diri.
4. PENDERITAAN DAN PERJUANGAN
Penderitaan adalah bagian dari kehidupan manusia yang bersifat kodrat, jadi terserah pada manusia itu sendiri dalam mengurangi atau menghilangkan penderitaan semaksimal mungkin. Manusia adalah makhluk yang berbudaya, dengan menggunakan budayanya, manusia akan berusaha untuk mengatasi penderitaan yang dialaminya. Hal tersebut dapat membuat manusia itu menjadi kreatif, baik bagi penderita ataupun orang lain yang mengamati penderitaan.
Penderitaan disebut sebagai kodrat manusia, maksudnya sudah menjadi konsekwensi manusia hidup, dimana ditakdirkan bukan hanya untuk kebahagiaan tetapi juga menderita. Oleh sebab itu manusia hidup tidak boleh pesimis, tetapi harus selalu optimis dimana manusia itu sendiri harus mengatasi kesulitan dalam kehidupan.
Pembebasan dari penderitaan yaitu meneruskan kelangsungan hidup, dengan cara berjuang menghadapi tantangan hidup dalam masyarakat sekitar, alam lingkungan dengan waspada dan juga harus disertai dengan doa kepada Tuhan agar terhindar dari bahaya dan malapetaka. Kelalaian manusisa adalah sumber malapetaka yang dapat menimbulkan penderitaan. Penderitaan yang dialami sendiri oleh manusia yang bersangkutan dapat juga dialami oleh orang lain.
5. PENDERITAAN, MEDIA MASSA DAN SENIMAN
Dalam dunia modern seperti saat ini dapat terjadi penderitaan yang lebih besar, hal tersebut dapat dibuktikan dengan kemajuan teknologi dan sebagainya menyejahterakan manusia dan sebagian lainnya membuat manusia mengalami penderitaan. Pembuatan pabrik senjata, bom atom, peluru kendali, pabrik bahan kimia adalah sumber terjadinya penderitaan manusia. Beberapa sebab lain yang menyebabkan timbulnya penderitaan manusia adalah kecelakaan, bencana perang, dan bencana alam.
Berita yang menyangkut penderitaan manusia silih berganti mengisi layar tv, Koran dan pesawat radio, dengan tujuan agar orang yang menyaksikan dapat ikut merasakan dari jauh penderitaan manusia dan dapat menggugah hati manusia untuk berbuat sesuatu. Media massa adalah alat yang paling tepat untuk mengkomunikasikan kejadian penderitaan manusia secara cepat kepada seluruh masyarakat, dengan begitu masyarakat dapat menilai untuk menentukan sikap antara sesama terutama bagi yang merasa simpati. Tapi tidak kalah pentingnya komunikasi yang dilakukan para seniman melalui karya seni, hingga para pembaca atau penonton dapat menghayati penderitaan sekaligus keindahan karya seni.
6. PENDERITAAN DAN SEBABNYA
Penderitaan manusia secara sederhana dapat dikelompokkan berdasarkan sebab timbulnya, yaitu:
Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia.
Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia dapat terjadi dalam hubungan dengan sesame manusia dan hubungan dengan alam sekitar. Penderitaan tersebut biasa disebut nasib buruk. Perbedaan nsaib buruk dengan takdir adalah kalau takdir berarti Tuhan yang menentukan sedangkan nasib buruk manusialah yang menyebabkannya.
Penderitaan yang timbul karena penyakit
7. PENGARUH PENDERITAAN
Orang yang mengalami penderitaan akan memperoleh pengaruh bermacam-macam, sikap yang timbul dapat berupa sikap positif atau sikap negative. Sikap negative maksudnya penyesalan karena tidak bahagia, kecewa, putus asa dan ingin bunuh diri. Kelanjutan dari sikap negative, dapat muncul sikap anti seperti tidak punya gairah hidup. Sikap positif adalah sikap optimis dalam mengatasi penderitaan hidup, yaitu hidup bukanlah rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan dalam membebaskan diri dari penderitaan dan penderitaan tersebut hanyalah sebuah bagian dari kehidupan. Sikap positif biasanya tidak akan mudah menyerah dan kreatif.
Apabila sikap positif dan sikap negative dikomunikasikan oleh para seniman kepada para pembaca atau penonton, maka para pembaca atau penonton akan memberikan penilaian yang dapat berupa kemauan untuk mengadakan perubahan nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat dengan tujuan untuk memperbaiki keadaan. Keadaan yang sudah tak sesuai dapat ditinggalkan dan diganti dengan keadaan yang lebih sesuai, dimana keadaan yang berupa hambatan harus segera disingkirkan.
Jumat, 19 November 2010
Bilangan Biner
Bilangan Biner
Bilangan Biner
1.Carilah bilangan hexadesimal dari (8754)10
Cara 1 : di ubah menjadi bilangan biner.
8754 : 2 = sisa 0
4377 : 2 = sisa 1
2188 : 2 = sisa 0
1094 : 2 = sisa 0
547 : 2 = sisa 1
273 : 2 = sisa 1
136 : 2 = sisa 0
68 : 2 = sisa 0
34 : 2 = sisa 0
17 : 2 = sisa 1
8 : 2 = sisa 0
4 : 2 = sisa 0
2 : 2 = sisa 0
hasil 1
(8754)10 = (10001000110010) 2
0010 – 0010 – 0011 – 0010
2 2 3 2
= (2232)16
2.Carilah Bilangan Oktal dari (872)10
Cara 2 : dibagi dengan bilangan octal (8)
872 : 8 = 0
109 : 8 = 5
13 : 8 = 5
Hasil 1
(872)10 = (1550)8
3.Hitunglah nilai oktal dari (101110111)2
(101110111)2 di kelompokan menjadi 101 110 111
101 punya bilangan 5 oktal
110 puny bilangan 6 oktal
111 punya bilangan 7 oktal
jadi hasilnya 101110111 punya bilangan 567 oktal
4. Ubahlah (251)8 menjadi bilangan biner.
2 5 1
binernya 010 101 001
jadi hasilnya 010101001
5.( 110101101011)2 menjadi bilangan hexadesimal
( 110101101011)2 di kelompokan menjadi 1101 0110 1011
1101 punya bilngan D hexadesimsal
0110 punya bilangan G hexadesimal
10111 punya bilangan B hexadesimal
jadi hasilnya 110101101011 punya bilangan DGB hexadesimal
Bilangan Biner
1.Carilah bilangan hexadesimal dari (8754)10
Cara 1 : di ubah menjadi bilangan biner.
8754 : 2 = sisa 0
4377 : 2 = sisa 1
2188 : 2 = sisa 0
1094 : 2 = sisa 0
547 : 2 = sisa 1
273 : 2 = sisa 1
136 : 2 = sisa 0
68 : 2 = sisa 0
34 : 2 = sisa 0
17 : 2 = sisa 1
8 : 2 = sisa 0
4 : 2 = sisa 0
2 : 2 = sisa 0
hasil 1
(8754)10 = (10001000110010) 2
0010 – 0010 – 0011 – 0010
2 2 3 2
= (2232)16
2.Carilah Bilangan Oktal dari (872)10
Cara 2 : dibagi dengan bilangan octal (8)
872 : 8 = 0
109 : 8 = 5
13 : 8 = 5
Hasil 1
(872)10 = (1550)8
3.Hitunglah nilai oktal dari (101110111)2
(101110111)2 di kelompokan menjadi 101 110 111
101 punya bilangan 5 oktal
110 puny bilangan 6 oktal
111 punya bilangan 7 oktal
jadi hasilnya 101110111 punya bilangan 567 oktal
4. Ubahlah (251)8 menjadi bilangan biner.
2 5 1
binernya 010 101 001
jadi hasilnya 010101001
5.( 110101101011)2 menjadi bilangan hexadesimal
( 110101101011)2 di kelompokan menjadi 1101 0110 1011
1101 punya bilngan D hexadesimsal
0110 punya bilangan G hexadesimal
10111 punya bilangan B hexadesimal
jadi hasilnya 110101101011 punya bilangan DGB hexadesimal
Langganan:
Postingan (Atom)